"PSI terbiasa diserang karena jujur dalam mengungkap hal-hal yang selama ini tabu dibicarakan. Terbiasa juga diserang karena mengungkap praktik-praktik pemerintahan yang tidak benar di berbagai daerah, termasuk DKI," kata Ariyo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/12/2021).
Ariyo menilai, kabar itu sengaja dihembuskan karena penyebarnya tidak bisa membantah argumen Giring soal kriteria pemimpin yang tidak boleh dipilih pada 2024 mendatang.
Ariyo mengakui bahwa serangan terhadap pribadi merupakan konsekuensi sebagai politisi.
Namun, ia menilai status pendidikan Giring tersebut tidak berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan Giring selama ini.
Ia pun menegaskan, setiap orang, termasuk ketua umum partai, berhak mengungkapkan ide dan sikap politiknya.
"Penyebaran kabar tersebut malah mendistraksi permasalahan nasional yang Giring sampaikan. Semestinya kita bahas masalah kriteria intoleransi dan kinerja calon pemimpin 2024," ujar Ariyo.
Sebelumnya, Giring sempat menyindir sosok yang pernah dipecat oleh Presiden Jokowi yang disebutnya sebagai sosok yang punya rekam jejak mempolitisasi agama.
Meski tak menyebutkan siapa sosok yang dimaksud, namun sejumlah kriteria yang disebut Giring mengarah ke mantan Rektor Universitas Paramadina yang kini menjadi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Kemajuan kita akan terancam jika kelak orang yang menggantikan Pak Jokowi adalah sosok yang mempunyai rekam jejak menggunakan isu SARA dan menghalalkan segala cara untuk menang dalam Pilkada,” kata Giring di hadapan Jokowi pada acara HUT Ke-7 PSI, Rabu (22/12/2021).
“Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja,” kata dia menambahkan.
https://nasional.kompas.com/read/2021/12/29/14514421/status-drop-out-giring-diungkit-jubir-psi-terbiasa-diserang