Salin Artikel

Saat Jokowi dan Waketum MUI Anwar Abbas Lempar-Jawab Kritik

Momen itu berlangsung dalam Kongres Ekonomi Umat Islam II MUI, Jumat (10/12/2021).

Di hadapan Jokowi, Anwar Abbas melempar beragam kritik tentang kinerja pemerintah, mulai dari kesenjangan masyarakat, hingga penguasaan lahan di Tanah Air.

1. Kesenjangan kesejahteraan

Anwar Abbas membuka sambutannya dengan menyampaikan kritik tentang kesenjangan kesejahteraan masyarakat.

Menurut dia, banyak rakyat yang kini sudah sejahtera. Namun, hanya dari kalangan tertentu.

"Saya rasa pemerintah kita sudah berhasil menyejahterakan rakyatnya, tapi rakyat yang sudah bisa tersejahterakan dan disejahterakan oleh pemerintah tersebut kebanyakan adalah mereka-mereka yang kalau kita kaitkan dengan dunia usaha, itu mereka-mereka yang ada di kelompok usaha besar, dan menengah, serta usaha kecil," kata Anwar.

"Sementara mereka-mereka yang berada di level usaha mikro dan ultra mikro, itu tampak oleh kita belum begitu terjamah, terutama oleh dunia perbankan, sehingga akibatnya kesenjangan sosial ekonomi di tengah-tengah masyarakat kita tampak semakin terjal," tutur dia. 

Tingginya kesenjangan itu, menurut Anwar, terbukti dari masih besarnya angka indeks gini di Tanah Air.

Sebelum Jokowi memimpin, angka indeks gini ekonomi di Indonesia mencapai 0,41. Angka itu hanya turun sedikit menjadi 0,39 persen di era kepemimpinan Jokowi.

2. Penguasaan lahan

Anwar mengatakan, tingginya kesenjangan masyarakat juga nampak dari besarnya indeks gini dalam bidang pertanahan.

Ia menyebutkan, sebagian besar lahan di Indonesia dikuasai oleh kalangan tertentu.

"Dalam bidang pertanahan, indeks gini kita sangat memprihatinkan itu 0,59. Artinya, 1 persen penduduk menguasai 59 persen lahan yang ada di negeri ini. Sementara yang jumlahnya 99 persen itu hanya menguasai 41 persen lahan yang ada di negeri ini," ujar Anwar.

"Padahal seperti kita ketahui bersama, jumlah usaha besar itu cuma besarnya hanya 0,01 persen dengan jumlah pelaku usaha 5.550 dengan total aset di atas 10 miliar. Usaha menengah besarnya adalah 0,09 persen, dengan jumlah pelaku usaha 60.702," ucap dia. 

Dari data-data tersebut, penduduk yang sudah mendapat perhatian pemerintah dan dunia perbankan sekitar 1,32 persen atau lebih kurang 849.334 pelaku usaha.

"Sementara jumlah usaha mikro dan ultra mikro besarnya adalah 98,68 persen dengan jumlah pelaku usaha, yaitu sekitar 63,3 juta pelaku di mana total asetnya sama dan atau di bawah 50 juta rupiah, dan itu boleh dikatakan tidak dan atau belum terurus oleh kita secara bersama-sama dengan baik, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh kita," kata dia.

Anwar pun mengibaratkan struktur dunia usaha di Indonesia seperti kubah Masjid Istiqlal.

Kubah itu memiliki tiang di bagian tengah. Tiang tersebut diibaratkan seperti usaha besar, menengah, dan kecil.

Sementara itu, kubah besar itu diibaratkan seperti usaha mikro dan ultramikro.

"Bila hal ini terus berlangsung, maka tentu dia akan menciptakan sesuatu yang tidak baik. Karena dia akan menimbulkan kesenjangan sosial yang dari tahun ke tahun akan semakin tajam dan tajam," kata Anwar.

"Dan hal itu tentu jelas tidak baik dan akan sangat berbahaya karena dia sangat potensial akan mengganggu stabilitas dan rasa persatuan dan kesatuan di antara kita sebagai warga bangsa," ucap dia.

3. Dijawab Jokowi

Kritik bertubi itu dijawab langsung oleh Presiden Jokowi dalam momen yang sama.

Jokowi bahkan sengaja tak membaca teks sambutan yang sudah disiapkan demi menjawab kritik Anwar.

"Tadi saya disiapkan bahan sambutan seperti ini banyaknya, tetapi setelah saya mendengar tadi Dr Buya Anwar Abbas menyampaikan, saya enggak jadi juga pegang ini," kata Jokowi.

"Saya akan jawab apa yang sudah disampaikan oleh Dr Buya Anwar Abbas. Akan lebih baik menurut saya di dalam forum yang sangat baik ini," ucap dia.

Terkait penguasaan lahan, Jokowi tak membantah pernyataan Anwar. Namun, Jokowi mengaku, bukan dia yang membagi lahan tersebut.

"Penguasaan lahan, penguasaan tanah. Apa yang disampaikan betul, tapi bukan saya yang membagi. Ya harus saya jawab, harus saya jawab," ucap Jokowi.

Ia mengatakan, pemerintah tengah melakukan redistribusi lahan melalui program reforma agraria.

Redistribusi lahan itu sudah mencapai 4,3 juta hektare dari total target 12 juta hektare.

Jokowi menuturkan, saat ini Indonesia sudah memiliki bank tanah. Oleh karena itu, pemerintah akan melihat hak guna usaha (HGU) dan hak guna bangunan (HGB) atas tanah yang saat ini telantar.

Menurut Kepala Negara, pada bulan ini atau awal tahun depan, pemerintah akan mencabut HGU dan HGB atas tanah yang telantar itu.

Setelah itu, akan diberikan izin konsesi atas tanah-tanah yang ada.

Jokowi mengungkapkan, sudah lebih dari 20 hingga 30 tahun lahan telantar itu tidak diproses statusnya, sehingga, pemerintah tidak bisa memberikannya ke pihak-pihak yang membutuhkan.

Presiden pun mempersilakan MUI menyampaikan ke pemerintah jika memerlukan lahan dalam jumlah sangat besar.

https://nasional.kompas.com/read/2021/12/12/16141971/saat-jokowi-dan-waketum-mui-anwar-abbas-lempar-jawab-kritik

Terkini Lainnya

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Nasional
Agenda Prabowo usai Putusan MK: 'Courtesy Call' dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Agenda Prabowo usai Putusan MK: "Courtesy Call" dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Nasional
Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Nasional
'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Nasional
KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

Nasional
Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Nasional
Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke