Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, jumlah itu didapatkan dari total 10 kecamatan yang terdampak.
“Jumlah masyarakat terdampak, baik itu awan panas guguran di dua kecamatan, kemudian masyarakat terdampak debu vulkanik di delapan kecamatan, itu total 5.205 jiwa dengan 1.300 orang di pengungsian,” kata Abdul dalam konferensi pers virtual, Minggu (5/12/2021).
Berdasarkan data BNPB, dua kecamatan terdampak awan panas guguran adalah Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.
Sementara itu, delapan kecamatan terdampak debu vulkanik adalah kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo, Pagelaran, Wajak, Kepanjen, Dampit, Bantur, dan Turen.
Abdul menjelaskan, dari jumlah warga terdampak itu, sebanyak sembilan orang statusnya masih tidak jelas.
“Status korban apakah hilang atau meninggal ini masih pendataan. Kami belum menerima informasi detail,” ucap dia.
Lebih lanjut Abdul menyampaikan, saat ini belum ada posko terpadu di sekitar lokasi bencana.
Ia menegaskan, hari ini BNPB akan segera membangun posko terpadu untuk memudahkan proses koordinasi dan konsolidasi data.
“Arahan kepala BNPB hari ini sudah harus ada posko terpadu itu,” jelasnya.
Diketahui, BNPB juga menyampaikan bahwa korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru bertambah satu orang, sehingga saat ini terdapat 14 orang dinyatakan meninggal dunia.
Jumlah korban luka-luka juga bertambah sebanyak 15 orang menjadi total 56 orang.
https://nasional.kompas.com/read/2021/12/05/19163031/bnpb-sebut-5205-warga-terdampak-erupsi-semeru-1300-di-antaranya-mengungsi