KOMPAS.com – Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, meski kondisi kasus Covid-19 sedang terkendali, semua pihak perlu memantau berbagai aspek lebih jauh.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi meningkatnya aktivitas masyarakat jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan ancaman virus corona varian terbaru B.1.1.529 atau Omicron.
Dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (2/12/2021), Wiku memaparkan, setidaknya terdapat enam indikator yang harus dimonitor secara berkala.
Pertama, kasus aktif. Data menunjukkan, kenaikan kasus terjadi pada Selasa-Rabu, 23-24 November 2021.
Angka kenaikannya dari sekitar 7.900 menjadi 8.000. Kemudian, di hari berikutnya meningkat lagi menjadi sekitar 8.000 dan terakhir meningkat menjadi 8.200 pada Sabtu (27/11/2021).
“Saat ini, kasus mingguan mengalami penurunan. Namun, jika melihat kasus aktif, ternyata sempat mengalami peningkatan empat hari berturut-turut,” ujarnya.
Wiku menambahkan, di Jawa dan Bali saja, peningkatan selama enam hari berturut-turut sejak Rabu (23/11/2021) sekitar 3.600 kasus, hingga Minggu (28/11/2021) meningkat sekitar 3.800 kasus aktif.
Kedua, indikator bed occupancy ratio (BOR) ruang isolasi di rumah sakit (rs) rujukan. Jumlah BOR sempat meningkat pada dua hari terakhir, yakni dari 2,94 persen menjadi 3,07 persen.
Selain itu, BOR di wisma atlet juga meningkat pada November, dari 1,76 persen menjadi 2,2 persen.
"Meskipun peningkatan terbilang kecil, namun perlu diwaspadai karena peningkatan BOR mengindikasikan adanya kenaikan kebutuhan treatment pada gejala sedang-berat," lanjutnya.
Ketiga, indikator angka reproduksi efektif atau Rt. Meski saat ini angkanya masih di bawah 1, tetapi Rt perlu diwaspadai karena trennya meningkat dalam lima minggu terakhir, yakni 0,96 menjadi 0,98.
Hal yang sama juga terjadi pada tingkat pulau yang angkanya mendekati 1.
Hampir semua pulau mengalami kenaikan kecuali Maluku yang mengalami penurunan dan Nusa Tenggara dengan nilai Rt tidak berubah berkisar antara 0,95-0,99.
Keempat, adalah mobilitas penduduk . Data menunjukkan, mobilitas kereta api meningkat lima kali lipat dalam lima bulan terakhir. Jumlah perjalanannya per Juli sekitar 100.000 perjalanan.
Sementara itu, jumlah perjalanan pada November 2021 juga meningkat hampir mencapai 600.000. Mobilitas dengan pesawat terbang meningkat mencapai 350 persen dalam lima bulan terakhir.
Per Juli 2021, jumlah perjalanannya sekitar 350.000, sedangkan per November meningkat hingga sekitar 1,6 juta penerbangan.
Kelima, indikator kepatuhan protokol kesehatan (prokes) . Idealnya, peningkatan aktivitas masyarakat harus dibarengi peningkatan kepatuhan prokes.
Sayangnya, data pada minggu terakhir menunjukkan sebaliknya. Cakupan desa atau kelurahan yang patuh memakai masker dan menjaga jarak mengalami penurunan.
Rinciannya, cakupan desa atau kelurahan yang patuh memakai masker turun dari 76,42 persen menjadi 74,91 persen, sedangkan menjaga jarak turun dari 78,60 persen menjadi 77,69 persen.
Jumlah laporan desa dan kelurahan yang dipantau juga terus mengalami penurunan, dari sekitar 21.000 desa/kelurahan pada Juli 2021, menjadi hanya 9.000 per minggu pertama Desember.
"Ini menunjukkan bahwa pengawasan dan pelaporan pada protokol kesehatan sudah mulai longgar,” tegas Wiku.
Keenam, indikator cakupan dan laju vaksinasi . Data saat ini menunjukkan penurunan jumlah suntikan harian selama empat minggu terakhir.
Sebagai catatan, meskipun cakupan dosis 1 vaksin mencapai hampir 70 persen, namun cakupan dosis 2 baru mencapai 45 persen.
Melihat pembelajaran dari negara lain, peningkatan jumlah kasus tetap berpotensi terjadi, bahkan di negara-negara dengan cakupan dosis 2 yang tinggi.
"Karena itulah, meningkatkan cakupan vaksin dosis harus dilakukan segera. Agar dapat memproteksi masyarakat dengan maksimal," imbuh Wiku.
Untuk itu, lanjutnya, melihat perkembangan pada indikator-indikator tersebut justru berbanding terbalik antara kenaikan jumlah kasus dan upaya preventif di lapangan.
“Capaian pada indikator tersebut harusnya menjadi refleksi untuk kembali waspada dari seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.
Tugas pemda dan masyarakat
Lebih lanjut, Wiku mengimbau pemerintah daerah (pemda) harus memonitor penerapan prokes dan cakupan vaksinasi di daerahnya masing-masing dan daerah sekitarnya.
Kemudian, masyarakat juga diminta menerapkan prokes ketat. Sebab, penerapan prokes merupakan hal mudah dan sederhana di tengah meningkatnya mobilitas dan ancaman varian baru Omicron.
"Penerapan prokes adalah cara utama kita untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita," lanjutnya.
Sementara itu, perlindungan dengan vaksin tak kalah penting karena semakin banyak orang divaksin, semakin banyak pula yang terlindungi.
"Vaksinasi juga akan mencegah timbulnya gejala berat bagi mereka yang tertular Covid-19 sehingga dapat mengurangi kebutuhan perawatan di Rumah Sakit," jelas Wiku.
Adapun, pemerintah saat ini tengah menggencarkan program vaksinasi sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran Covid-19 dengan cara memperkuat kekebalan komunitas dan meminimalkan risiko bagi mereka yang terpapar.
Oleh karena itu, pemerintah juga mengajak semua pihak tidak lengah dan tetap mewaspadai penyebaran virus corona dengan disiplin prokes.
Dalam hal ini, Satgas Penanganan Covid-19 telah memperketat anjuran prokes untuk melindungi diri lebih maksimal, dari 3M menjadi 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Tak hanya itu, Satgas Penanganan Covid-19 juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) No. 16/2021 yang menyebutkan, setiap individu yang melaksanakan perjalanan wajib menerapakan dan mematuhi prokes 6M.
Prokes 6M, di antaranya memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
https://nasional.kompas.com/read/2021/12/03/15060601/antisipasi-nataru-dan-ancaman-varian-omicron-satgas-minta-6-indikator-ini