JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa waktu terakhir, Menteri Sosial Tri Rismaharini mendapat sorotan publik. Terutama, setelah aksi marah-marah Risma saat melakukan kunjungan kerja ke daerah viral di media sosial.
Kompas.com mencatat, tak kurang sudah tujuh kali Risma marah-marah sejak Juli hingga Oktober 2021. Mayoritas kemarahan itu disebabkan oleh tidak beresnya penyaluran program bantuan sosial kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Sebenarnya, bukan kali ini saja Risma marah-marah. Sejak masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma sudah sering marah-marah ketika menemukan sesuatu yang salah atau menyimpang.
Terutama, bila hal tersebut berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak.
Sejumlah kalangan pun dapat memahami kemarahan. Sebab, sebagai pembantu Presiden, kemarahan yang ditunjukkan Risma merupakan bentuk dedikasi atas tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Kepala Negara.
Bila ada hal yang tak sesuai, maka sudah menjadi kewajiban Risma untuk memperbaiki dan memastikan sesuai dengan target yang telah dirancang.
Namun, kemarahan itu tetap harus dikendalikan agar tidak menjadi suatu hal yang kontraproduktif.
Terlebih, selama ini Presiden Jokowi justru ingin membangun citra pemerintahan yang stabil dan tidak arogan.
Dikhawatirkan, kemarahan yang ditunjukkannya justru akan berdampak negatif, tak hanya bagi Kemensos secara khusus dan pemerintah secara umum, tetapi juga Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan, parpol asal Risma.
Simak tulisannya dalam artikel khusus di tautan ini: JEO: Memahami Amarah Risma...
https://nasional.kompas.com/read/2021/11/12/09370271/memahami-amarah-mensos-tri-rismaharini