Salin Artikel

Kisah Anak Baharuddin Lopa Mengadu Jadi Korban Mafia Tanah hingga Direspons Menteri ATR

Kabar ini viral di media sosial Twitter karena unggahan sang putri Baharuddin Lopa, Masyita pada Selasa (12/10/2021).

Dalam twitnya, Masyita meminta Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk membantu mengembalikan tanah hak Baharuddin Lopa tersebut.

"BPN....tolong bantu kembalikan tanah HAK orang tua kami Alm. BAHARUDDIN LOPA yg diincar dan digarong mafia2 tanah di Pontianak," tulis Masyita.

Twit tersebut dituangkannya lantaran kesal karena BPN Kota Pontianak seolah tak membantu menyelesaikan masalah, terlebih mengembalikan tanah milik Baharuddin.

Diketahui, tanah milik Baharuddin yang semula sekitar 5 hektar, kini tersisa 3,7 hektar lantaran sudah ada nama-nama yang mengeklaim.

Keluarga menduga, tanah-tanah itu telah diambil alih oleh mafia tanah di Pontianak.

Saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/10/2021), Masyita membeberkan secara detail kejadian itu. Ia menuturkan, kejadian ini bermula pada 2010, saat istri Baharuddin Lopa dihubungi oleh orang kepercayaan ketika jaksa yang dikenal tokoh antikorupsi itu bertugas di Kalimantan Barat.

Keluarga baru mengetahui bahwa Baharuddin mewariskan tanah di Pontianak, sembilan tahun sesudah kematiannya. Diketahui, Baharuddin meninggal dunia pada 2001.

"Ibu saya dapat telepon dari orang kepercayaan bapak waktu di Pontianak. Dikasih tahu kalau ada tanah beliau sekitar 5 hektar di Jalan Perdana, Kota Pontianak. Ibu saya baru tahu kalau bapak punya tanah di situ," kata Masyita.

"Orang itu minta sama ibu, supaya ada ahli waris yang datang ke Pontianak untuk urus ini tanah, karena orang kepercayaan itu sudah sakit-sakitan," ujarnya.

Singkat cerita, akhirnya kakak Masyita datang ke Pontianak untuk mencari dan mengurus tanah tersebut.

Namun, ternyata upaya itu tak membuahkan hasil. Apa yang disampaikan orang kepercayaan bahwa ada tanah milik Baharuddin Lopa di jalan tersebut, urung ditemukan.

Kemudian, Masyita sendiri yang mendatangi Pontianak tahun 2015. Di sana, ia menemui langsung Kepala BPN Kota Pontianak.

Pertemuan itu tak membuahkan hasil. Masyita menilai, BPN saat itu tidak melayani dengan baik apa yang menjadi keluhan atau pertanyaannya.


Menurut Masyita, BPN Kota Pontianak mengeklaim sulit menemukan peta tanah tersebut, karena tidak adanya data atau surat yang dibawa oleh keluarga Baharuddin Lopa.

Hal itu diutarakan Kepala BPN Kota Pontianak saat itu, meski nama jalan tempat tanah tersebut berada sudah disampaikan Masyita.

Padahal, menurut Masyita, seharusnya BPN bisa membuka data tentang hak kepemilikan tanah masyarakat.

Tak puas dengan jawaban BPN Kota Pontianak, akhirnya Masyita menelusuri bersama timnya. Pada akhirnya, ditemukanlah peta tanah milik Baharuddin Lopa oleh tim Masyita.

Namun, tanah tersebut diketahui sudah tergerus menjadi sedikit dari 5 hektar menjadi sisa 3,7 hektar, diduga karena permainan mafia tanah.

Mengetahui hal itu, Masyita beserta timnya pun lantas memasang patok di tanah milik Baharuddin yang tersisa.

"Pada saat kami pasang patok, tiba-tiba datang preman-preman yang menganggap tanah itu milik klien mereka, mafia tanah. Jadi patok dan papan nama itu disuruh copot. Terus akhirnya, tim saya bertanya apakah punya surat-suratnya? Dia jawab enggak. Lalu mereka mengaku sebagai penasihat hukum si mafia ini," jelas Masyita.

Masyita kemudian mengetahui bahwa orang yang mengambil tanah Baharuddin Lopa diduga sebagai mafia tanah kelas kakap di Pontianak.

Semakin panas, para preman itu pun mulai terlibat adu mulut dan mencoba beradu fisik. Akhirnya, tim Masyita memilih pulang dan meninggalkan preman itu.

Kejadian itu membuat Masyita marah, karena seolah BPN membiarkan masyarakat yang tengah berjuang merebut tanahnya kembali untuk bertempur dengan mafia.

"Ini karena BPN yang tidak terbuka soal data hak tanah, akhirnya BPN seakan-akan membiarkan masyarakat bertempur sendiri di lapangan dengan mafia, dengan preman itu," ucap Masyita.


Direspons Menteri ATR/BPN

Kisah yang viral berkat twit Masyita itu kemudian menarik perhatian Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan A Djalil.

Kepada Masyita, Sofyan Djalil mengaku akan mengurus dan menelusuri temuan mafia tanah yang telah merebut hak milik Baharuddin Lopa di Pontianak.

"Syukurlah, saya langsung di-WhatsApp Pak Menteri. Syukurlah mudah-mudahan ini responsnya respons nyata, bukan karena heboh di media sosial lalu baru direspons," ujar dia.

Lebih lanjut, ia menyampaikan harapan agar BPN mengembalikan tanah milik Baharuddin seutuhnya kepada ahli waris.

Janji Jokowi berantas mafia

Maysita pun mendesak negara juga memberantas mafia-mafia tanah. Masyita mengingatkan janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kerap menggaungkan akan memberantas mafia tanah.

"Saya positive thinking saja. Ini kan Pak Jokowi ingin benah-benah mafia kan, benah-benah sertifikat. Ya, mudah-mudahan lah ini ditunjang juga oleh para pembantunya agar serius untuk membenahi," ujar dia.

Kekuatan netizen

Di sisi lain, meski tanah milik ayahnya belum seutuhnya kembali, Masyita mengapresiasi netizen dan timnya yang telah membantu.

Masyita mengapresiasi netizen di media sosial lantaran perhatian terhadap kasus yang menimpa keluarganya. Dari perhatian tersebut, bahkan Masyita langsung direspons oleh Menteri ATR/BPN karena viral di media sosial.

Sementara itu, kepada timnya, Masyita menyampaikan rasa terima kasih lantaran telah membantu menemukan tanah milik Baharuddin Lopa dan bergerak tanpa biaya.

"Saya terima kasih dikelilingi oleh tim saya yang benar-benar sangat baik. Mereka bergerak tanpa biaya. Mereka enggak bicara angka di depan, yang penting beres dulu urusannya," ujar Masyita.

https://nasional.kompas.com/read/2021/10/15/15375941/kisah-anak-baharuddin-lopa-mengadu-jadi-korban-mafia-tanah-hingga-direspons

Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke