Sebuah perkumpulan pandu yang populer ketika itu dan sudah memiliki lagu sendiri yang dikenal dengan "Mars KBI".
Pakaian seragamnya sangat atraktif, berwarna coklat, celana pendek dengan sepatu yang dilengkapi dengan kaos kaki panjang hingga hampir mencapai lutut.
Topi pandu KBI sangat khas dengan bentuk mirip topi koboi. Topi yang mengikuti topi yang dikenakan oleh bapak pandu dunia Lord Baden Powell.
Atribut yang melengkapi pakaian seragam juga sangat indah antara lain menunjukkan daerah atau wilayah tempat mereka berdomisili. Saya ketika itu bergabung di kawasan Petojo Jaga Monyet yang kode daerahnya terpampang di ujung pundak kiri bertuliskan Jakarta 11.
Singkat kata, pakaian pandu saat itu sangat menarik dengan aneka atribut yang membuat bangga si pemakai seragam.
Kegiatannya tidak kalah menarik, walaupun hanya seminggu sekali akan tetapi semua membuat anak anak pandu muda penuh semangat. Pelajaran yang diberikan antara lain tali temali, mengenal kode morse baik dengan peluit khas pandu dan juga dalam versi menggunakan bendera.
Ada pula kegiatan "cari dan dapatkan" yang berupa sesi menempuh sebuah rute perjalanan singkat berjalan kaki dengan metoda mengikuti simbol simbol yang dibuat.
Pada titik tertentu harus menemukan surat kecil petunjuk atau instruksi yang harus dilaksanakan pada pos pos yang ditentukan. Kegiatan yang membutuhkan kerja sama dalam unit regu dan melatih kepemimpinan dalam satuan kecil.
Banyak lagi lainnya yang pada intinya mengembangkan solidaritas dan kerja sama, serta sopan santun dalam keseharian. Menghormati senior dan sebaliknya membimbing yang lebih muda dalam berkegiatan.
Puncak kegiatan bersama dihimpun dalam perhelatan besar berkemah setahun sekali yang dikenal dengan nama Jambore. Pendek kata, anak anak muda dibina dalam banyak hal berkait dengan semangat kerja dalam kebersamaan, saling menghormati dan bergotong royong.
Dalam banyak kegiatan terdapat pula kegiatan bernyanyi bersama dan untuk itu tersedia sebuah buku khusus lagu lagu pandu muda. Semua itu sebenarnya bermuara dalam pembinaan watak, leadership, kepribadian, moral dan sikap sebagai generasi muda penerus perjuangan cita cita bangsa.
Pada 1961 keluar keputusan presiden tentang penggabungan seluruh kegiatan kepanduan di Indonesia menjadi satu dengan nama Pramuka.
Beberapa pejabat pemerintah ditugaskan untuk membentuk Pramuka dalam skala nasional. Mereka itu antara lain adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof Prijono, Dr Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojomartono.
Dengan demikian, berakhirlah sudah era kepanduan di Tanah Air. Kini sudah tidak ada lagi pandu karena sudah menjelma menjadi Pramuka yang merupakan singkatan dari Praja Muda Karana.
Konon Praja Muda Karana mengandung arti: jiwa muda yang suka berkarya.
Dari laman Wikipedia disebut bahwa:
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota yang meliputi; Pramuka Siaga (7–10 tahun), Pramuka Penggalang (11–15 tahun), Pramuka Penegak (16–20 tahun), dan Pramuka Pandega (21-25 tahun)."
Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.
Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Perbedaan yang sangat mencolok dari Pramuka dengan Pandu adalah pakaian seragam yang dikenakan. Pada 1950-an kepanduan memiliki beraneka ragam uniform tergantung kelompoknya.
KBI, Kepanduan Bangsa Indonesia misalnya memiliki pakaian seragamnya sendiri yang berbeda dengan kelompok kepanduan lainnya. Demikian pula topi khas pandu yang meniru topi yang dikenakan Lord Baden Powell tidak lagi dikenakan oleh Pramuka.
Tentu saja pemerintah memiliki alasan tersendiri dalam upaya mengembangkan kegiatan kepanduan di Indonesia dalam satu wadah bernama Pramuka.
Demikianlah kegiatan kepanduan "tempo doeloe" kini sudah berubah wajah menjadi Pramuka. Sayangnya sosialisasi dari aneka kegiatan Pramuka belakangan ini sudah nyaris tidak terdengar lagi.
Dapat dipahami dalam era informasi digital dengan sekian banyak bidang yang berkembang tentu saja generasi muda bangsa memiliki kebebasan memilih bidang kegiatan yang disukainya untuk di jelajah.
Demikian banyak pilihan kegiatan bagi anak anak kita di abad modern ini, agak bisa dimaklumi minat mereka terhadap kegiatan ke Pramukaan menjadi meredup. Tantangannya adalah Pramuka kini sudah kurang menarik lagi.
Atau bisa saja, pemberitaan dari kegiatannya yang tenggelam oleh berita berita lain yang jauh hingar bingar menggunakan media sosial. Sebuah kegiatan yang sebenarnya merupakan sarana yang ampuh dalam membangun kepribadian dan jati diri generasi muda bangsa melalui kegiatan kepramukaan.
Salam Pramuka.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/08/10242951/mengenang-kegiatan-kepanduan-pramuka-tempo-doeloe