Salin Artikel

Baliho Ditebar, Relawan Disebar, Apa Sebab?

PEMILIHAN Umum 2024 memang masih dua tahun lagi. Tapi, ada yang menarik untuk dicermati. Baliho sejumlah bakal calon presiden mulai marak menghiasi sejumlah sudut kota di hampir seluruh Jawa, bahkan di luar Jawa.

Apa sebab? Saya mencoba mengupasnya.

DJawa adalah Koentji (Jawa adalah kunci). Ini kalimat populer yang dicukil dari ucapan mendiang seniman dan wartawan senior Syu'bah Asa ketika berperan sebagai tokoh PKI Dipa Nusantara Aidit dalam film Pengkhianatan G-30-S/PKI pada tahun 1984 dan terus diputar di seluruh televisi nasional sebagai sebuah kewajiban hingga Orde Baru runtuh.

Kalimat singkat ini bukanlah tanpa makna tapi sarat arti karena kalimat ini memiliki makna sederhana bahwa untuk menguasai Indonesia harus lebih dulu menguasai Jawa!

Enam provinsi dan jaminan kemenangan

Menguasai 6 Provinsi di Pulau Jawa artinya menguasai 65 persen pemilih. Ini berarti kemenangan bagi siapa pun kandidat, bagi siapa pun partai.

Dari 6 Provinsi ini, yang terpadat adalah Jabodetabek dengan lebih dari 30 juta total jumlah penduduk.

Jadi tak usah heran kalau Jabodetabek adalah parameter politik Indonesia. Semua pergerakan politik pasti terbaca di daerah ini. Termasuk Baliho. Termasuk relawan.

Saya kupas satu persatu.

Baliho Ketua DPR Puan Maharani, misalnya, yang marak di sejumlah jalan, mengomunikasikan dua pesan: religius dan nasionalis. Di wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor baliho Puan bertulis "Jaga Imun, Jaga Iman, Insya Allah Aman, Amin".

Sementara di Tangerang dan Kabupaten Tangerang pesannya bernuansa nasionalis: "Kepak Sayap Kebhinekaan".

Pasti ada perhitungan politik kenapa dua nuansa pesan itu dibedakan pada wilayah-wilayah tertentu. Ada pertimbangan karakter pemilih di tempat itu. Ada pertimbangan kemenangan parpol di wilayah tersebut. PDI-P pasti punya pertimbangan khusus berdasarkan hasil riset internal mereka.

Tidak cuma baliho Puan yang terpampang di jalanan. Ada juga baliho Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Pemasangan baliho di banyak titik tentu menelan duit miliaran rupiah. Meski dikritik sana- sini karena dianggap tidak berempati di saat pandemi tapi toh Baliho justru semakin banyak di sana-sini.

Apa sebab?

Baliho versus relawan

Pilpres dan Pileg rencananya akan digelar pada 28 Februari 2024. Nah, tak banyak yang menyadari bahwa awal 2022 akan jadi proses awal perhelatan politik di 2024.

Di tahun 2023 sudah harus ada kepastian siapa yang diusung. Bukan tak mungkin salah satu yang diusung adalah sosok-sosok yang memenuhi baliho saat ini.

Tapi rasanya Baliho hanya milik petinggi partai politik. Bagaimana dengan mereka yang jadi pilihan favorit Capres 2024? Sebut saja nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo?

Para pendukung keduanya tak perlu khawatir. Relawan telah bekerja. Anies Baswedan sempat ter-"capture" berfoto bersama relawannya di Solo-Raya.

Sementara, Ganjar Pranowo banyak didukung relawan Jokowi. Salah satunya adalah Mazdjo Pray yang membentuk Ganjarist. Jika baliho diidentikan dengan serangan darat, maka relawan di media sosial diidentikan dengan serangan udara.

Bagaimana efektivitasnya?

Keduanya punya kekuatan. Drone Emprit, sistem yang memonitor serta menganalisis percakapan di media sosial, mengungkapkan, ternyata popularitas Puan kini setara dengan popularitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

"Menghitung volume percakapan, artinya popularitas di media sosial. Datanya ya seperti itu. Sebelumnya kan Puan rendah, beberapa minggu terakhir didongkrak melalui percakapan baliho," kata pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/8/2021).

Tak soal popularitas ini terbentuk oleh percakapan negatif.

"Tren dalam satu bulan terakhir popularitas Puan meningkat, meski banyak sentimen negatif atau sindiran," tambah Fahmi.

Sementara rumus baku urutan kemenangan calon adalah dikenal atau populer, disukai, dan dipilih.

Populer saja tidak cukup. Harus disukai dan baru kemudian dipilih. Inilah proses yang akan meningkatkan elektabilitas.

Serangan darat dan udara

Lantas bagaimana dengan “serangan udara” yang dilakukan para relawan di media sosial?

Jumlah pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat. Dalam laporan berjudul Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital disebutkan, dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta di antaranya adalah pengguna media sosial, alias sekitar 61,8 persen.

Pengguna media sosial paling banyak adalah generasi Z dan Y yang berada di rentang usia 20-an hingga 34 tahun. Artinya, pemilih pemula dan pemilih muda terkumpul di media sosial.

Ini memang bicara masa depan. Tapi angka 100 juta yang tak menggunakan media sosial juga harus jadi pertimbangan. Di antara 100 juta ini, ada banyak kategori pemilih, seperti kalangan lanjut usia.

Alhasil "serangan darat" dan "udara" memang tetap harus dikombinasikan. Inilah yang kini dilakukan, hingga pemilihan nanti. Inilah pemandangan yang akan kita saksikan bersama.

Kita sudah masuk masa-masa persiapan Pemilu serentak yang akan menjadi sejarah nangsa Indonesia.

Bersiaplah.

Saya Aiman Witjaksono
Salam!

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/16/06300001/baliho-ditebar-relawan-disebar-apa-sebab-

Terkini Lainnya

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Nasional
Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Nasional
PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

Nasional
Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Nasional
Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Nasional
Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Nasional
KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

Nasional
Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Nasional
Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke