Sebab, kata Dicky, angka positivity rate di Indonesia masih tinggi meski angka keterisian tempat tidur sudah menurun.
"Dampaknya sih ada, namun kita harus akui karena indikator pertama di awal itu positivity rate masih di atas 20 persen, angka kematian masih tinggi, belum berdampak signifikan, akan ada proses," kata Dicky dalam acara diskusi yang ditayangkan akun YouTube MNC Trijaya, Sabtu (7/8/2021).
Dicky menjelaskan, indikator keberhasilan PPKM semestinya bukan menurunkan jumlah kasus baru Covid-19 menjadi di bawah 10.000 per hari seperti yang ditargetkan pemerintah, melainkan menurunkan positivity rate.
Sebab, menurut Dicky, angka kasus baru Covid-19 rawan dimanipulasi karena ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan kasus.
"Kalau penurunan kasus, kita harus liat positivity rate-nya sudah memadai belum, kalau sudah bisa memadai paling tidak 5 persen, confidence, lah kalau saya sampaikan kasus sudah menurun," kata dia.
Ia pun berpendapat, strategi utama dalam penanganan pandemi semestinya bukan dengan melakukan pembatasan tapi dengan menggencarkan 3T, 5M, dan vaksinasi.
Istilah 3T yang dimaksud adalah testing, tracing, treatment. Sedangkan 5M adalah memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
"Harus sangat bijak memakai pembatasan ini karena ongkosnya tinggi," ujar Dicky.
Diketahui, pemerintah tengah menerapkan kebijakan PPKM Level 4 di sejumlah daerah hingga Senin (9/8/2021) mendatang.
Presiden Joko Widodo mengeklaim, PPKM Level 4 yang telah dilakukan sebelumnya telah membawa sejumlah perbaikan.
"Baik dalam hal konfirmasi kasus harian, tingkat kasus aktif, tingkat kesembuhan, dan persentase BOR (bed occupancy rate)," ujar Jokowi, Senin (2/8/2021).
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/07/14020431/epidemiolog-nilai-kebijakan-ppkm-darurat-dan-level-4-belum-berdampak