JAKARTA, KOMPAS.com - Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Indonesia menunjukkan 12,6 persen anak di Indonesia mengalami positif Corona.
Itu artinya, jika merujuk data kasus Covid-19 di Indonesia per 24 Juni 2021 yaitu 2 juta orang, 250.000 di antaranya adalah anak-anak.
Ini berarti satu dari delapan pasien yang pernah atau masih terinfeksi virus corona di Indonesia adalah dari kelompok anak.
Dari jumlah itu, 2,9 persennya atau sekitar 59 ribu dialami oleh anak usia 0-5 tahun. Sedangkan 9.7 persennya atau sekitar 199 ribu dialami oleh anak kelompok usia 6-18 tahun.
Jumlah ini berbeda dengan hasil yang dirilis oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
IDAI mencatat hanya ada 113.000 kasus Covid-19 pada anak di Tanah Air.
"Jadi berarti, ada 100.000-an (kasus Covid-19 anak) yang tidak terlapor," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Aman Bhakti Pulungan.
Meski begitu, menurut Aman, angka tersebut sangatlah tinggi. Bahkan menurut dia, ini termasuk kasus Covid-19 pada anak yang tertinggi di dunia.
Tingkat kematian pada anak pun diklaim IDAI cukup tinggi. Aman menyebut tingkat kematian atau case mortality anak di Indonesia mencapai 3-5 persen. Ini juga, kata Aman, merupakan tingkat kematian anak tertinggi di dunia.
"Data IDAI juga menunjukkan case mortality mencapai 3 persen – 5 persen, jadi kita memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia,” ujar Aman.
Data tersebut diperoleh IDAI dari seluruh ketua cabang IDAI di Indonesia setiap minggunya, yang dilaporkan oleh dokter anak yang merawat dan mencari datanya.
Berbeda dengan data kematian IDAI, pemerintah menyebut bahwa persentase kematian pada anak akibat Covid-19 adalah 1,2 persen dari 55.949 total kematian Covid-19 di Indonesia.
Itu artinya ada sekitar 671 anak Indonesia yang meninggal terpapar Covid-19 sejak kasus pertama diumumkan Maret 2020.
Perbedaan data ini menunjukkan testing atau pengujian Covid-19, termasuk dalam menentukan kasus Covid-19 pada anak bermasalah.
Hal ini juga diakui oleh sejumlah ahli sejak awal pandemi Covid-19. Sehingga sangat sulit untuk melihat data real.
Kelalaian orangtua
Aman menyebut salah satu faktor meningkatnya kasus Covid-19 pada anak lantaran sebagian orang tua tak patuh protokol kesehatan.
Selain itu, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung di Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, juga disebabkan akibat kelalaian orangtua.
Seperti mengajak anak berlibur atau ke mal. Padahal, kata Nadia, kondisi saat ini masih belum memungkinkan untuk membawa anak untuk keluar rumah.
"Menurut saya, kalau sekarang anak-anak itu meninggal dan anak-anak itu lebih banyak sakit, itu adalah kesalahan orang tuanya. Sudah jelas anak-anak tidak boleh keluar," kata Nadia.
Didorong untuk vaksin
Oleh karena itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PB (IDI) Daeng M Faqih mendorong agar pemerintah segera melakukan vaksinasi Covid-19 untuk anak.
Terlebih, pemerintah rencananya akan menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas mulai Juli 2021.
"Kami sudah meminta itu kepada pemerintah untuk segera melakukan vaksinasi kepada anak-anak harus segera dimulai," kata Daeng dalam diskusi daring, Kamis (24/6/2021).
Daeng mengatakan, menurut para pakar dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin Covid-19 sudah dirasa aman untuk anak.
Namun, terkait vaksin Covid-19 untuk anak, pemerintah belum merokemendasikannya.
"Belum (disarankan vaksin Covid-19 untuk anak)," ujar Nadia kepada Kompas.com, Jumat (25/6/2021).
Menurut Nadia, keputusan pemberian vaksin pada anak menunggu hasil uji klinis terlebih dahulu. Selain itu, pemerintah juga masih menanti rekomendasi dari WHO.
"Kan masih belum selesai uji klinis tahap 3. Tunggu rekomendasi WHO dulu," katanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membuka opsi penggunaan vaksin Sinovac dan Pfizer untuk vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak. Tapi, itu pun masih dikaji oleh pemerintah.
Budi mengatakan, pihaknya sedang berdiskusi dengan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) terkait pemberian vaksin Covid-19 pada anak.
Selain itu, pemerintah akan melihat bagaimana negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat melakukan vaksinasi Covid-19 pada anak.
Berdasarkan data global, kata Budi, kasus Covid-19 pada anak usia 18 tahun ke bawah menunjukkan 99 persen dapat disembuhkan, jika dibandingkan kelompok usia 18 tahun ke atas.
https://nasional.kompas.com/read/2021/06/25/16523051/satu-dari-delapan-kasus-covid-19-menimpa-usia-anak-bagaimana-vaksinasinya