Salin Artikel

Libur Lebaran, Lonjakan Kasus Covid-19, dan Kekhawatiran Fasilitas Kesehatan Kolaps

Hal itu dilaporkan berdasarkan catatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disampaikan setiap sore.

Pada Rabu (16/6/2021), penambahan kasus positif harian tercatat sebanyak 9.944 kasus. Pada hari yang sama, jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 120.306 kasus.

Lalu pada Kamis (17/6/2021), penambahan kasus positif harian tercatat sebesar 12.624 kasus dengan jumlah kasus aktif sebanyak 125.303 kasus.

Kemudian pada Jumat (18/6/2021), kasus positif harian Covid-19 tercatat sebanyak 12.990 kasus. Kasus aktif kembali naik menjadi 130.096 kasus.

Sementara itu, lima perhimpunan profesi dokter juga mencatat data peningkatan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.

Dalam keterangan pers secara virtual pada Jumat, perhimpunan dokter menyebutkan, pada 15 Mei 2021 penambahan kasus positif harian Covid-19 sebesar 2.385 kasus.

Kemudian kasus secara perlahan semakin meningkat tajam. Tercatat pada 15 Juni 2021 terdapat 8.161 kasus harian Covid-19, lalu pada 16 Juni 2021 terdapat 9.944 kasus harian Covid-19 dan kasus harian per 17 Juni 2021 sebanyak 12.624 kasus.

Jika dibandingkan dengan data 15 Mei 2021, telah terjadi peningkatan kasus sekitar 500 persen pada 17 Juni 2021.

Potensi gelombang kedua Covid-19

Adapun lima perhimpunan dokter yang mengungkapkan data tersebut terdiri dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI).

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, saat ini grafik penambahan kasus Covid-19 mengarah kepada potensi terjadinya gelombang kedua atau second wave pandemi.

Sehingga perhimpunan lima profesi kedokteran mengingatkan agar pemerintah secepat mungkin melakukan antisipasi.

"Perawatan di rumah sakit (RS) bukan solusi utama. Yang terpenting adalah mencegah penularan dan transmisi Covid-19 di tengah masyarakat," tutur Agus.

Dalam hal ini pihaknya menyarankan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara menyeluruh dan serentak.

Tujuannya, yakni menekan transmisi Covid-19 sehingga pasien yang dirawat di RS lebih sedikit dan kematian bisa ditekan seminimal mungkin.

Agus menambahkan, berdasarkan dari Dinkes DKI Jakarta, bed occupation rate (BOR) untuk ruang isolasi dan ICU sudah hampir penuh.

Data hingga 17 Juni 2021, tercatat sekitar 8000 tempat tidur isolasi yang tersedia, sudah terisi 84 persen dan ruang ICU sudah terisi 74 persen.

Kenaikan kasus secara nasional

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, hingga 13 Juni 2021, terjadi kenaikan kasus positif sebesar 38,3 persen secara nasional.

Menurut dia, kenaikan ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan.

"Peningkatan dengan kenaikan ini dikontribusikan oleh DKI Jakarta, yaitu naik sebesar 7.132 kasus, Jawa Tengah naik 4.426 kasus, Jawa Barat naik 2.050 kasus, DIY naik 973 kasus dan Jawa Timur naik 939 kasus," ujarnya dalam konferensi pers virtual pada Kamis (17/6/2021).

Kemudian, kasus meninggal dunia akibat Covid-19 juga mengalami kenaikan sebesar 4,9 persen.

Sementara itu, persentase kesembuhan dari Covid-19 secara nasional mengalami penurunan sebesar 6,9 persen.

Wiku juga mengungkapkan adanya kenaikan daerah berstatus zona merah (berisiko tinggi penularan Covid-19) dari 17 kabupaten/kota menjadi 29 kabupaten/kota.

Kemudian, daerah berstatus zona oranye (risiko sedang penularan Covid-19) bertambah dari 331 kabupaten/kota menjadi 339 kabupaten/kota.

Selain itu, daerah berstatus zona hijau juga bertambah dari 7 kabupaten/kota menjadi 24 kabupaten/kota.

"Sedangkan pada minggu ini terjadi penurunan jumlah kabupaten/kota berstatus zona kuning, yaitu dari 158 kabupaten/kota menjadi 121 kabupaten/kota," ungkap Wiku.

Dalam kesempatan yang sama, Wiku menyebutkan ada sebanyak 10 kabupaten/kota tercatat memiliki skor indikator penularan Covid-19 yang mendekati zona merah.

Adapun 10 daerah yang dimaksud, yakni Kota Bandung, Kota Pontianak, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Siak, Kabupaten Indragiri Hilir, Mota Medan, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Dharmasraya, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Pati.

Oleh karena itu, pihaknya memberikan peringatan dini terhadap 10 daerah yang saat ini berstatus zona oranye atau memiliki risiko sedang penularan Covid-19 itu.

Lebih lanjut, Wiku mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan penyandingan data kenaikan Covid-19 pada pekan keempat setelah Idul Fitri 2021 dengan kenaikan Covid-19 pada pekan keempat setelah Idul Fitri 2020.

"Ternyata kenaikan kasus pasca-Idul Fitri di tahun ini secara nasional lebih tinggi, yaitu mencapai 112,22 persen. Sedangkan kenaikan kasus pada tahun 2020 adalah sebesar 93,11 persen," tutur Wiku.

Dia mengakui, kenaikan yang signifikan di tahun ini tidak dipungkiri terjadi karena kenaikan pada minggu keempat.

Dalam satu minggu saja, terjadi kenaikan hampir 2 kali lipat.

"Hal ini menyebabkan perbedaan yang signifikan pada keadaan di minggu ke-3 lalu dengan minggu ke-4 saat ini," ungkapnya.

Penyebab lonjakan Covid-19 versi satgas

Wiku melanjutkan, peningkatan penularan Covid-19 yang terjadi saat ini ada kaitannya dengan libur Idul Fitri 2021.

Pada periode libur Idul Fitri tersebut terjadi mobilitas dan kerumunan masyarakat yang meningkatkan potensi penularan Covid-19.

"Peningkatan penularan yang terjadi pada saat ini, menurut kami sudah jelas kaitannya dengan mobilitas penduduk dan kerumunan yang terkait dengan liburan panjang, yakni libur Idul Fitri," ujarnya.

"Sebab polanya sama dengan kejadian di tahun lalu saat libur panjang," lanjut Wiku.

Wiku menjelaskan, pada awal Februari hingga pertengahan Mei 2021, kondisi kasus Covid-19 di Indonesia telah menurun.

Selain itu, tingkat BOR di RS rujukan Covid-19 juga mencapai rata-rata 30 persen di Indonesia.

"Itu adalah kondisi yang cukup ideal dalam waktu yang lama di Indonesia. Dan kemudian setelah ada libur panjang Idul Fitri ini naik sesuai dengan kalkulasi yang selama ini ada kalau terkait libur panjang," ungkap Wiku.

Sementara itu, untuk mengetahui bahwa peningkatan kasus Covid-19 saat ini apakah terkait dengan varian baru virus corona, Wiku menegaskan masih perlu penelitian lebih jauh.

"Yang jelas kita lihat kaitannya dengan libur panjang. Perlu penelitian lebih jauh yang menghubungkan ditemukannya whole genome sequence dari varian-varian tertentu dengan peningkatan kasus itu," tambah Wiku.

Sementara itu, Ketua Umum Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Isman Firdaus melihat adanya pengaruh dari masuknya varian baru virus corona dengan lonjakan kasus Covid-19 saat ini.

Hal itu dilihat dari peningkatan BOR di RS rujukan Covid-19.

"Dulu itu mungkin selama sepekan baru terlihat peningkatan BOR. Tetapi saat ini baru dua hingga tiga hari BOR sudah meningkat signifikan," ungkapnya dalam keterangan pers virtual pada Jumat (18/6/2021).

"Misalnya beberapa hari lalu BOR sekitar 10-15 (orang) di ruang isolasi. Sekarang sudah lebih dari 40 (orang) pasien yang menempati ruang isolasi," lanjutnya.

Terlebih, kata Usman, saat ini tingkat pemakaian masker di masyarakat lebih baik dari tahun lalu.

"Tapi masih ada dampak signifikan. Sehingga kita harus rem benar-benar virusnya (varian baru virus corona).

Fasilitas kesehatan berpotensi kolaps

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto, merujuk perkembangan terbaru lonjakan kasus Covid-19 ini pihaknya menyarankan pemerintah segera menerapkan PPKM berskala besar.

Apabila pemberlakuan PPKM skala besar tidak segera dilakukan, fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi kolaps.

Menurut dia, saat ini sudah ada sejumlah laporan dari RS yang mengalami kelebihan pasien Covid-19.

"Problemnya kalau PPKM skala besar tidak segera dilajukan, akan terjadi penumpukan pasien yang dirawat di RS. Sehingga ada potensi kolapsnya fasilitas layanan kesehatan," ujarnya.

"Saat ini banyak laporan masuk menyebutkan RS-RS sudah mulai melebihi kapasitas perawatan. Utamanya terjadi di daerah zona merah di Pulau Jawa," lanjutnya.

Selain itu, kapasitas keterisian IGD juga dilaporkan kian bertambah.

Agus mengingatkan bahwa tentunya pemerintah tidak ingin terjadi kondisi seperti di India.

"Tentu kita tak ingin pasien-pasien Covid-19 yang bergelimpangan di luar RS terjadi di Indonesia. Karenanya upaya PPKM skala besar harus kita dorong agar dilakukan pemerintah," tegas Agus.

Dengan demikian, laju transmisi Covid-19 di tengah masyarakat bisa dikurangi.

Agus juga menjelaskan PPKM berskala mikro yang saat ini diterapkan dinilai kurang tepat.

Sebab, dampaknya untuk menekan laju penularan Covid-19 di masyarakat tidak semasif PPKM dalam lingkup luas.

"Jadi lebih pas dilakukan PPKM seperti di awal Januari 2021 dulu atau mungkin bahkan PSBB seperti tahun lalu. Jadi itu bisa kuat dampaknya untuk mengurangi transmisi Covid-19 pada populasi," kata Agus.

Sementara itu, Ketua Pokja PDPI Erlina Burhan mengatakan, PPKM mikro yang menjadi kebijakan pemerintah saat ini ternyata belum menyeluruh diterapkan.

Pemberlakuan PPKM mikro masih bersifat sporadis. Di beberapa daerah ada yang melaksanakannya secara ketat dan ada pula yang tidak.

"Dan bahkan ada yang tidak ada PPKM juga di banyak provinsi. Inilah saya kira semua organisasi profesi menyarankan agar PPKM ini dilakukan menyeluruh," tegas Erlina.

"Kemudian agar dipastikan implementasinya benar-benar sesuai. Karena kita lihat PPKM (mikro) menyeluruh belum ada," tambahnya.

https://nasional.kompas.com/read/2021/06/19/06274801/libur-lebaran-lonjakan-kasus-covid-19-dan-kekhawatiran-fasilitas-kesehatan

Terkini Lainnya

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Nasional
Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Nasional
Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Nasional
Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Nasional
Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Nasional
Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasional
KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke