Namun, Sri menekankan saat ini semua pihak tidak tahu kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
"Kalau bicara standar aman dari Covid-19, pembelajaran tatap muka saat pandemi berakhir. Itu standar amannya ya," ujar Sri dalam diskusi daring bertajuk 'Tatap Muka Demi Siswa' pada Sabtu (5/6/2021).
"Tapi kan kita tidak bisa menunggu kapan hal itu terjadi. Artinya bahwa dalam kondisi pandemi, pendidikan harus tetap berjalan. Bagaimana caranya? Ya pembelajaran tatap muka harus dilaksanakan," tegasnya.
Sehingga, kata dia, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana teknis pembelajaran tatap muka dilakukan.
Sehingga pelaksanaan belajar tatap muka secara terbatas harus disiapkan semaksimal mungkin.
"Harus mengikuti aturan-aturan yang ada dan yang terpenting fungsi pengawasannya dilakukan. Sehingga sekolah tak menjadi klaster baru penularan Covid-19," tegas Sri.
"Kita harus berupaya memberikan yang terbaik agar anak-anak kita tidak jadi generasi rebahan, generasi yang laptopnya nyala untuk belajar daring tapi mereka sambil tidak fokus. Ini kan merupakan dampak dari pandemi," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek), Nadiem Makarim mengatakan pembelajaran tatap muka tetap akan digelar pasa Juli 2021.
Menurutnya, dengan kebijakan prioritas vaksin untuk para guru, sudah waktunya pembelajaran kembali dilakukan di sekolah.
Namun, Nadiem menekankan bahwa orang tua memiliki hak mutlak menentukan apakah anaknya sudah boleh ikut sekolah tatap muka atau belum.
“Itu hak prerogatif orang tua untuk memilih anaknya mau belajar tatap muka atau belajar jarak jauh,” tegas Nadiem dari laman Kemendikbud-Ristek.
Nadiem lantas mengungkapkan hasil dari berbagai survei yang dihimpun maupun yang dilakukan Kemendikbud-Ristek.
Ia menyebutkan, mayoritas peserta didik dan orang tua sudah ingin tatap muka.
“Hampir 80 persen sudah ingin tatap muka. Karena juga sudah lebih percaya diri dengan protokol kesehatan,” jelasnya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/06/05/16122931/standar-amannya-sekolah-tatap-muka-dimulai-saat-pandemi-selesai-tapi-kita