Salin Artikel

Wimar Witoelar dan Nutrisi Demokrasi

PADA Rabu (19/5/2021) pukul 08.56 di usia 75 tahun, Wimar Witoelar wafat di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Figur cerdas, kritis dan santun yang memperjuangkan demokrasi tanpa slogan telah tiada.

Lelaki kelahiran Padalarang Bandung merupakan sosok multi tasking profesi. Penulis, dosen, pemandu acara bincang-bincang legendaris Perspektif dan konsultan komunikasi. Terakhir, mengabdi pada republik selaku Juru Bicara Presiden Era Presiden Abdurahman Wahid (Gusdur).

Saya termasuk yang beruntung pernah dekat dengan Wimar khususnya semasa mahasiswa. Sebab, untuk kali pertama, saya diundang Wimar di program bincang-bincang Perspektif yang tayang pada stasiun televisi SCTV 17 Juni 1995.

Itupun asalnya dari surat menyurat saya pada program Perspektif. Bagi saya, Wimar sosok berkesan.

Menjadikan saya narasumber mewakili mahasiswa padahal saya bukan siapa siapa. Bukan tokoh pergerakan. Apalagi bukan pemikir. Mahasiswa kutu buku biasa. Namun, justru karena saya orang biasa, Wimar tertarik mengundang kegiatan bincang tersebut.

Zaman itu, di tahun 1995, ketika Orde Baru (Orba) dengan kuat dan keras, tidak lazim televisi berani membuat acara talk show mengkritisi kebijakan pemerintah.

Saat itu, diskusi di televisi sudah dipastikan searah. Pejabat diundang bicara. Narasumber sudah diarahkan. Dan ada segenap list tabu ditanyakan dalam diskusi. Namun, acara Perspektif Wimar berbeda.

Pertama, saat itu saya direkam berdiskusi dua arah dengannya tanpa editing. Wimar anti edit tayangan.

Kedua, pertanyaan sangat kritis. Menanyakan bagaimana situasi demokrasi saat itu di mata mahasiswa.

Ketiga, pertanyaan tanpa skrip. Tidak ada bocoran mau menanyakan apa. Mengalir seperti kita ngobrol di warung kopi.

Maka, dari situ saja, bagi saya, Wimar memperkenalkan bagaimana demokrasi merupakan bentuk percakapan orang biasa, tidak menyeramkan dan nyaman. Tanpa kehilangan daya kritis. Dengan logika dan kepekaan terasah.

Mungkin karena model bincang bincang seperti itu tidak kompatibel dengan kepentingan rezim Orba saat itu, akhirnya program Perspektif dihentikan oleh SCTV  di tengah rating yang tinggi.

Nutrisi demokrasi

Banyak gagasan-gagasan Wimar saat itu yang belum saya pahami. Bahkan, tadinya saya pikir nyeleneh belaka. Seperti inisiasi---setengah guyon---pendirian Partai Orang Biasa (POB). Saya sempat hadir di peluncuran kegiatannya. Lengkap dengan kaos. Merchandise. Seremonial layaknya serius pembentukan partai.

Padahal partai itu bukan seperti umumnya yang daftar dan ikut pemilu. Hanya sebuah gerakan—yang baru belakangan saya pahami---untuk melawan kecenderungan orang biasa dipinggirkan. Apalagi di rezim keras Orde Baru yang kental.

Baru saat ini saya paham. Wimar sebenarnya hendak menanamkan nilai demokrasi. Bahwa demokrasi adalah memuliakan daulat publik. Dari rakyat biasa sampai yang bukan biasa.

Demokrasi bukan sekedar urusan elite. Apalagi tertransformasi lahan bisnis oligarki. Demokrasi adalah sistem yang harusnya dapat diakses leluasa oleh semua warga tanpa ketakutan dan belenggu status sosial maupun stratifikasi sosial.

Uniknya Wimar, bagi saya, dia mampu mengkomunikasikan secara sederhana ide-ide kritis dengan menggunakan kosa kata mudah ditangkap publik. Bahkan kerap jenaka. Dia tidak suka menggunakan diksi bikin kening berkerut.

Dengan begitu, kontribusi terbesar Wimar bagi demokrasi adalah menjadikan urusan publik tertanam sebagai urusan banyak orang dan semua orang bisa berpendapat soal itu. Tanpa harus bergenit ria menaburkan diksi diksi ilmiah.

Bahkan, seringkali, dengan fasih Wimar memberikan perumpamaan agar uraiannya mudah ditangkap. Seperti saat menjelaskan pada saya soal di negara demokrasi selalu ada keniscayaan pro kontra dan itu harus diberikan wadah tanpa harus dihakimi, ia memisalkan fungsi bakteri dalam minuman enerji.

Tidak selalu, kata Wimar, bakteri buruk. Malah membuat minuman enerji berfungsi karena bakteri. Maka, memandang perbedaan pendapat dalam demokrasi harus ditanggapi wajar.

Biar bagaimanapun, oposisi dan kelompok kritis punya fungsi penting dalam keseimbangan demokrasi. Wimar sangat concern pada kebebasan berekspresi dan mengemukakan pendapat.

Pendengar dan pembicara yang baik

Kehilangan terbesar wafatnya Wimar Witoelar adalah kehilangan figur yang menjadi pendengar dan pembicara sama baik dan bermutu.

Dalam berbagai diskusi, Wimar sangat tekun mendengarkan lawan bicaranya menguraikan pendapat. Jarang menyanggah atau memotong pembicaraan sebelum uraiannya jernih disampaikan.

Dan ketika menyampaikan gagasan, Wimar sangat cerdas dan kritis saat memaparkan ide ide demokrasi. Figur ini langka kita temukan.

Hari-hari ini, politik lebih banyak memberikan ruang bagi para elite berbicara panjang lebar. Dan jarang mendapatkan tokoh yang mau mendengar diresahkan publik. Wimar mengajarkan---dengan sikap dan perbuatan---berbicara harus sama bagusnya dengan mendengar.

Mendengar yang baik akan melahirkan cara berbicara sama baiknya. Tak heran jika di program Perspektif Wimar, narasumber yang diundang beragam. Mulai dari pakar, olahragawan,wartawan, artis, sampai anak yang jadi joki kendaraan.

Tidak membeda bedakan narasumbernya. Semua diberikan kesempatan dan penghormatan setara untuk mengemukakan pandangannya.

Yang pasti, Wimar memberikan teladan, politik demokrasi dibangun dari prinsip kesetaraan. Memuliakan nilai hidup. Memperhatikan urusan publik secara proporsional. Menolak politik uang dan oligarki karena itu adalah racun dalam demokrasi.

Wimar memiliki keyakinan, masa depan di tangan anak muda. Yang harus diberikan kesempatan untuk mengekpresikan dirinya dalam bingkai pranata demokrasi.

Baginya, setiap zaman akan memunculkan tokohnya sendiri. Yang penting sepanjang berfikiran sehat, segar, tidak terkotak-kotakan diri, akan memberikan banyak harapan pada masa depan Indonesia lebih baik.

Selamat jalan Pak Wimar. Jasamu abadi di hati kami.

https://nasional.kompas.com/read/2021/05/20/15501101/wimar-witoelar-dan-nutrisi-demokrasi

Terkini Lainnya

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Nasional
Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Nasional
Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Nasional
Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Nasional
Petugas 'Ad Hoc' Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Petugas "Ad Hoc" Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Nasional
Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Nasional
Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Nasional
Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasional
KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

Nasional
Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Nasional
Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Nasional
Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Nasional
KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

Nasional
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Wajib Mundur jika Maju Pilkada 2024

KPU Tegaskan Caleg Terpilih Wajib Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Megawati Kirim 'Amicus Curiae' ke MK, KPU: Itu Bukan Alat Bukti

Megawati Kirim "Amicus Curiae" ke MK, KPU: Itu Bukan Alat Bukti

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke