Salin Artikel

Penny Lukito, Kepala BPOM Pilihan Jokowi yang Ditemani Keberanian dan Modal Pendidikan

Pernyataan itu disampaikan Penny Kusumastuti Lukito, perempuan yang menjadi sorotan di tengah upaya Indonesia keluar dari pandemi Covid-19, saat ditemui Kompas.com pada Rabu (14/4/2021).

Penny Lukito saat ini menjabat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang menjadi penanggung jawab pengawasan sebelum digunakannya vaksin Covid-19 ke masyarakat.  

Namun, belum banyak orang yang tahu bahwa Kepala BPOM yang pertama dilantik langsung Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka pada Juli 2016 ini merupakan pilihan utama Jokowi.

Tentu jalan Penny memimpin BPOM terbilang tidak mudah. Saat itu, polemik muncul disebabkan latar belakang Penny yang berasal dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dengan latar belakang pendidikan teknik lingkungan.

Namun, Jokowi tetap mendukung penuh Penny setelah lolos sejumlah mekanisme seleksi yang dilakukan pemerintah.

"Sebelum dilantik beliau bilang, 'Bu Penny sampaikan kepada siapa pun yang mempertanyakan latar belakang Bu Penny, Bu Penny ditugaskan sebagai Kepala Badan POM adalah untuk memimpin perubahan'," tutur Penny, mengenang masa awalnya menjabat.

Bercita-cita menjadi dokter

Karier Penny di dunia birokrasi pemerintahan tak diragukan lagi. Sebelum memimpin BPOM, ibu dari empat orang anak ini sudah sembilan tahun berkecimpung dalam dunia birokrasi pemerintahan.

Saat dijumpai di Gedung A BPOM, Penny menyebutkan masa kecilnya yang dihabiskan di Bandung, Jawa Barat, dipenuhi cita-citanya untuk menjadi dokter.

"Masa kecil saya di Bandung, orangtua saya, ayah dosen, ibu saya ibu rumah tangga. Inspirasi saya banyak dari ibu saya, waktu saya ingin jadi dokter, ibu saya yang ingin," kata Penny.

Namun, Penny mengungkapkan, Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. Setelah beranjak ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dia tidak melanjutkannya di bidang kedokteran.

Penny berlabuh di Teknik Penyehatan atau saat ini disebut sebagai Teknik Lingkungan untuk pendidikan strata satu di Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Dulu cita-cita jadi dokter ya, tapi manusia jalan hidupnya ditentukan oleh yang di atas, akhirnya saya mendaftar ke ITB Teknik Penyehatan, saya waktu itu enggak mengerti juga Teknik Penyehatan apa, hanya Teknik Penyehatan ada kaitannya nih dengan kesehatan," ucapnya.

Lulus dari ITB, ia masuk sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Di sana, Penny diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Massachusetts Institute of Techonology (MIT), Cambridge, Amerika Serikat dengan jurusan perencanaan dan kebijakan lingkungan.

Kemudian, ia meraih gelar doktor di University of Wisconsin-Madison dengan jurusan Teknik Lingkungan.

"Itu beasiswa dari Bappenas kan, kemudian lanjut ke S3 bidangnya saya ambil lagi teknik lingkungan," tuturnya.

Reformasi birokrasi ala Penny

Perjalanan karier Penny sejatinya dimulai di Bappenas. Selama sembilan tahun di Bappenas, ia ditugaskan diberbagai sektor sehingga ia harus berpindah-pindah.

Penny memulainya dari menjabat sebagai Direktorat Perkotaan dan Pendesaan, Direktorat Penataan Ruang, Pertanahan dan Lingkungan hidup, Inspektorat bidang Kinerja dan Kelembagaan hingga Direktur Sistem dan Pelaporam Evaluasi Pembangunan.

"Entah bagaimana itu kuasa Tuhan ya, saya selalu ditempatkan pindah-pindah, jadi satu tahun, dua tahun di sini, pindah ke sini itu enggak biasa sebetulnya pada zaman itu ya," kata Penny.

"Bahkan, saya sering ditempatkan di dalam bidang-bidang tugas yang tidak sesuai latar belakang saya," tuturnya.

Ia menyayangkan hal tersebut sekaligus mempertanyakan alasan dirinya ditugaskan sebagai pejabat fungsional karena Penny merasa tidak melakukan kesalahan apa pun selama bekerja.

Luapan kekecewaannya juga dituangkan Penny di dalam tulisan-tulisan yang dimuat di majalah dan koran terkait kepemimpinan birokrasi hingga reformasi birokrasi.

"Kemudian saya datangi pimpinan, 'kenapa saya di fungsional?'. Karena di fungsional tidak bisa mengambil keputusan, tidak bisa bersuara, jadi saya minta dikasih tugas kalau saya fungsionalkan, kasih saya tugas," kata Penny Lukito.

Alhasil, Penny dipercaya menjadi Komisi Nasional Perumusan Agenda Pembangunan Pasca Millenium Development Goals pada 2015.

Tak berhenti di Bappenas, Penny merasa sempat diperebutkan oleh mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Presiden Joko Widodo. Kala itu, ia terpilih sebagai eselon satu di Kemenko PMK setelah melewati seleksi.

Namun, Presiden Jokowi menahan pengangkatannya di Kemenko PMK dengan alasan akan ditugaskan sebagai Kepala BPOM.

"Padahal Bu Puan sudah semangat sekali wawancara saya dan dia senang sekali untuk saya jadi stafnya. Tapi akhirnya ditahan oleh Pak Presiden dan menugaskan (di BPOM) tapi harus ikut seleksi," ujarnya.

Menjadi Kepala BPOM

Dilantik pada 20 Juli 2016, Penny mengatakan, saat itu muncul polemik dikarenakan Presiden Joko Widodo memilih BPOM dipimpin oleh sosok yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Farmasi.

Menurut Penny, kala itu Presiden Jokowi menyebutkan bahwa ditunjuknya ia sebagai Kepala BPOM untuk membawa perubahan dengan aspek manajerial yang baik.

"Itu pesan Pak Jokowi saat itu. Beliau terus mendukung BPOM percepatan perizinan dan mendukung perkembangan dunia usaha, menegakkan hukum tentunya," kata Penny.

Penny mengatakan, memimpin BPOM adalah sesuatu yang menantang dan mengagetkan lantaran instansi tersebut sangat berbeda dari bidang yang sebelumnya digelutinya.

Namun, ada satu hal yang membuat dia yakin dapat mengemban amanah baru itu dengan baik, yaitu keberanian.

"Saya diberi Tuhan dengan keberanian, saya juga lihat saya terlalu berani mungkin," ujar dia.

Prinsip keberanian itu juga yang dia pegang saat memimpin BPOM yang merupakan lembaga dengan tanggung jawab besar akan keselamatan masyarakat. 

Keberanian, menurut Penny, akan selalu menemaninya jika terkait dengan kebenaran.

"Kalau terkait dengan kebenaran dan nilai-nilai yang sudah saya percaya saya akan berani sih. Saya tidak ada rasa takut," ucap Penny.

"Setelah saya mendapatkan tugas itu sempet saya mempertanyakan diri, sanggupkah saya, kemudian saya melihat strategi yang harus saya lakukan," tuturnya

Selain itu, ia meyakinkan diri dengan pengalaman selama 9 tahun di Bappenas dan ditugaskan di berbagai sektor, pengalaman tersebut dan ketertarikannya pada dunia kesehatan menjadi modal untuk memimpin BPOM.

"Dan saya sudah terbiasa dengan dunia birokrasi saya sudah tahulah jenis birokrasi dimana pun seperti apa SDMnya, organisasinya, apa yang harus diperbaiki itu sudah tahu karena saya orang publik sektor ya," ucapnya.

Di tengah kesibukan memimpin BPOM, Penny tentunya tidak bisa melepaskan peran sebagai seorang istri dan ibu untuk empat orang anaknya. Bagi Penny, keluarga adalah hal paling utama.

"Keluarga paling utama yang saya prioritaskan, tapi memang saya kadang-kadang kalau tanggung jawab itu sangat commited, tanggung jawab," kata dia.

Penny merasa bersyukur, di tengah kesibukannya ia memiliki pasangan yang bisa menyeimbangi urusan pekerjaan dan keluarga Selain itu, ia memiliki seorang ibu yang bisa membantu mengawasi anak-anaknya.

"Bagaimana saya bagi waktu? Alhamdulillah saya punya mitra, punya suami yang mendukung saya, beliau tahu passion saya apa. Suami saya dosen, dia lebih fleksibel, jadi itu, punya mitra atau pasangan yang mendukung apalagi untuk perempuan," ujarnya.

Tak lupa, Penny mengatakan, jika tak sepenuhnya ada untuk anak-anaknya, ia selalu menanamkan prinsip-prinsip hidup.

"Anak-anak itu akan membaca dan melihat kita, nilai-nilai terus kita tanamkan di rumah. Nah, kita waktu itu tidak harus sepenuhnya," ucapnya.


Idolakan RA Kartini

Sosok Raden Ayu Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki dan terbebas dari kolonialisme.

Penny mengatakan, kesadaran terhadap pendidikan untuk perempuan Indonesia tidak ada habisnya.

"Kesadaran pendidikan untuk perempuan saya kira itu timeless. Sampai sekarang pun juga masih, Kartini itu idola saya loh," tutur Penny.

Penny mengatakan, Kartini ketika di masanya melihat perempuan bagian dari sosial yang harus diberikan pemberdayaan dan edukasi untuk menemukan dirinya.

Sementara, di masa sekarang perjuangan Kartini tersebut masih relevan bagi perempuan Indonesia.

Sebab, dengan pendidikan seseorang mempunyai keberanian untuk berbicara, mengekpresikan pemikirannya dan memberikan kontribusi besar pada kebijakan publik.

"Jadi bangsa ini membutuhkan peran perempuan. Tadi itu kan balance keputusan publik apalagi harus ada perempuan, ada laki karena berbeda nanti hasil suatu desicion dari laki-laki saja atau ada perempuan di sana," ujarnya.

Terakhir, Penny mengatakan, dengan memiliki pendidikan yang baik, perempuan tak perlu takut ketika masuk ke bidang manapun termasuk di dunia birokrasi pemerintahan.

"Menurut saya pendidikan membuat gender tidak kelihatan, pemikirannya ya untuk kita mengekpresikan, jadi satu ada pendidikan, pemikiran, tapi ada keberanian untuk mengekspresikan," kata Penny Lukito.

https://nasional.kompas.com/read/2021/04/22/08505491/penny-lukito-kepala-bpom-pilihan-jokowi-yang-ditemani-keberanian-dan-modal

Terkini Lainnya

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke