Sejak awal ditemukannya pandemi Covid-19, para peneliti, baik itu laki-laki maupun perempuan juga melakukan inovasi. Salah satunya mengembangkan Vaksin Merah Putih guna mengatasi wabah yang telah menyebar ke seluruh provinsi di Tanah Air.
Saat itu, para peneliti perempuan juga mengalami kendala dan tantangan masing-masing.
Seorang peneliti Vaksin Merah Putih dari LBM Eijkman, Retno Ayu Setya Utami mengungkapkan banyak tekanan atau pressure yang dialaminya dalam proses pengembangan vaksin.
Khususnya, tekanan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat agar Vaksin Merah Putih segera selesai.
"Satu Indonesia begitu mengharapkan vaksin ini, tentu pressure ada dan kita merasakan juga,” kata Utami dalam acara "Semangat Kartini untuk Inovasi Indonesia", Rabu (21/4/2021).
Kendati demikian, tekanan tersebut tidak semata-mata membuatnya menjadi terpuruk. Justru, tekanan yang ada menjadi motivasi bagi Utami untuk memberikan kinerja yang terbaik.
"Justru kita tau kalau ini sangat penting jadi kita melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan di tengah pandemi ini," ucapnya.
Selain itu, Utami mengatakan pentingnya peran keluarga yang mendukung karirnya. Ia bersyukur memiliki keluarga yang suportif terhadap karirnya.
Menurut dia, tanpa kehadiran keluarga dan teman-teman yang suportif, tekanan yang dihadapinya saat bekerja akan menjadi semakin berat.
"Tentunya kalau tidak ada dukungan dari keluarga ini akan sangat challanging ya, sangat sulit untuk dilakukan," ucapnya.
Sementara itu, peneliti Vaksin Merah Putih dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ernawati Arifin Giri-Rachman mengatakan tantangan terbesarnya saat bekerja menjadi peneliti adalah berasal dari dirinya sendiri.
Ia pribadi mengaku kerap mendapat pertanyaan terkait, kapan Vaksin Merah Putih selesai dibuat. Padahal, menurut dia, proses pembuatan vaksin tidak cepat.
Karenanya, Ernawati berupaya tidak terbawa perasaan dan mampu untuk terus memiliki konsistensi, fokus, dan tujuan dalam bekerja sebagai peneliti.
"Saya sering ditanya nih, kerja vaksin kapan beresnya begitu, ya. Karena memang kan perjalanannya panjang," ucap Ernawati.
"Nah untuk menjaga konsistensi itu sebenernya menjadi tantangan tersendiri begitu. Jadi supaya kita tetep fokus enggak baper gitu ya menghadapi segala macam sesuatu," kata dia.
Lebih lanjut, Ernawati pun mengatakan peran role model dari orang di sekitar dapat menjadi solusinya untuk menghadapi tantangan tersebut.
"Jadi tantangan terbesarnya adalah menjaga fokus tapi kita mencoba untuk mencari kira untuk mengatasi tantangan itu bagaimana, itu antara lain dengan role model dan melihat juga yang lain-lain," ucapnya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/21/14533161/cerita-peneliti-perempuan-kembangkan-vaksin-merah-putih-tekanan-tinggi