Salin Artikel

Ketika Soekarno-Hatta "Diculik" ke Rengasdengklok, Sahur Mencekam Jelang Proklamasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, tangggal 9 Ramadhan 1364 Hijriah, merupakan momen bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Pasalnya bila dilihat di penanggalan masehi, tanggal itu sama dengan hari kemerdekaan Indonesia yakni 17 Agustus 1945.

Dengan demikian, seluruh peritiwa yang mengiringi detik-detik proklamasi memang terjadi di bulan suci Ramadhan, termasuk pula peristiwa Rengasdengklok.

Saat itu, Soekarno dan Hatta "diculik" pada pemuda ke Rengasdengklok, sebuah wilayah di Karawang, Jawa Barat, untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok diawali dengan debat panas antara golongan muda dan tua di rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 pada 15 Agustus.

Para pemuda yang telah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu mendesak agar Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesa hari itu juga untuk menghindari kesan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hadiah pemberian Jepang.

Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan dilakukan langsung oleh Bung Karno tanpa membawa embel-embel Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merupakan bentukan Jepang.

Namun, Soekarno bersikeras menolak desakan para pemuda karena hendak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan menghindari pertumpahan darah.

Sebab, meskipun Jepang telah menyerah kepada sekutu, tentara mereka di Indonesia diinstruksikan untuk menjaga status quo hingga sekutu mendarat di Jakarta.

Bung Karno khawatir memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secara tiba-tiba akan memancing rekasi tentara Jepang di Jakarta dan justru menggagalkan seluruh rencana yang telah disusun untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Karenanya, Bung Karno dan Bung Hatta ingin melakukan rapat bersama anggota PPKI terlebih dahulu untuk membahas situasi keamanan terkini sebelum menyusun rencana memproklamasikan kemerdekaan.

Adapun peristiwa penculikan itu berlangsung saat Bung Karno dan Bung Hatta tengah menikmati santapan sahur, yakni sekitar pukul 03.00 dino hari pada 16 Agustus.

"Jam 3 pagi aku masih bangun. Aku tidak bisa tidur dan duduk di kamar makan seorang diri saat makan sahur. Keadaan dalam rumah sunyi sepi. Semua orang tidur. kamar makan kami langsung menghadap ke pekarangan dan pintunya terbuka sedikit," tutur Bung Karno dalam autobiografinya yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.

"Terdengarlah sayup suara mendesir dari balik semak-semak dan serombongan pemuda berpakaian seragam masuk dengan diam-diam," ujar Bung Karno.

Tiba-tiba salah seorang tokoh pemuda, Sukarni, masuk ke dalam rumah Bung Karno lengkap bersenjatakan pistol dan pedang.

"Berpakaianlah Bung, sudah saatnya," ujar Sukarni kepada Soekarno.

"Ya, sudah saatnya untuk dibunuh! Jika aku yang memimpin pemberontakanmu ini gagal, aku kehilangan kepala, engkau pun juga. Kalau aku mati, coba siapa pikirmu yang akan memimpin rakyat bila datang waktunya yang tepat?" jawab Soekarno dengan berang.

Sukarni lantas menjawab karena itu golongan pemuda hendak melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke tempat yang aman dan jauh dari pengaruh Jepang.

Para pemuda berharap desakan mereka dari Jakarta yang menuntut agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan secepatnya usai Jepang menyerah kepada sekutu bisa mendorong Bung Karno dan Bung Hatta untuk mengumukan kepada dunia bahwa Indonesia telah merdeka.

Tak hanya Bung Karno, Bung Hatta yang tengah sahur juga didatangi para pemuda. Sukarni yang mendatangi Bung Hatta menyatakan, sebanyak 15.000 pemuda akan menyerbu Jakarta pada 16 Agustus tengah hari untuk melucuti tentara Jepang.

Kata Sukarni, karena itu para pemuda akan membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke tempat yang aman guna mempersiapkan proklamasi kemerdekaan.

"Di mataku sudah tergambar kehancuran cita-cita kami akan menegakkan Indonesia merdeka. Dan apakah jadinya dengan PPKI yang sudah diundang memulai rapatnya hari itu pukul 10.00," tutur Bung Hatta dalam autobiografinya yang berjudul Untuk Negeriku Menuju Gerbang Kemerdekaan, Sebuah Autobiografi.

Beberapa kali para pemuda mengirim kurir untuk mengetahui situasi di Jakarta, namun kabar yang didapat nihil hasilnya.

Sebanyak 15.000 massa pemuda yang diharapkan datang menyerbu jakarta untuk melucuti tentara Jepang tak kunjung datang.

Akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta berhasil meyakinkan para pemuda untuk membawa mereka kembali ke Jakarta. Hal itu tak lepas dari peran Achmad Soebardjo yang mampu menjembatani komunikasi antara para pemuda dengan Bung Karno dan Bung Hatta.

Achmad Soebardjo lalu membawa kedua pemimpin negara itu menuju rumah Laksamana Maeda. Di sanalah teks proklamasi disusun.

Rumah Laksamana Maeda dipilih sebagai tempat menyusun naskah proklamasi lantaran memiliki hak imunitas dari pemeriksaan tentara Jepang.

Naskah proklamasi merupakan buah pikir utama tiga tokoh yakni Bung Hatta, Bung Karno, dan Achmad Soebardjo. Selain mereka, para tokoh pemuda seperti Sukarni, Sudiro, dan BM Diah juga turut menyaksikan.

Mulanya Bung Karno mempersilakan Bung Hatta menyusun draf awal naskah proklamasi tersebut.

 "Aku persilakan Bung Hatta menyusun teks ringkas itu sebab bahasanya kuanggap yang terbaik. Sesudah itu kita persoalkan bersama-sama. Setelah kita memperoleh persetujuan, kita bawa ke muka sidang lengkap yang sudah hadir di tengah," ujar Bung Karno

Bung Hatta pun setuju. Ia lantas meminta Bung Karno menuliskan apa yang ia diktekan sebagai draf awal teks proklamasi. Usai menulis apa yang didiktekan Bung Hatta, Bung Karno bersama peserta rapat lainnya membahas naskah tersebut.

Begitu selesai, mereka membacakannya kepada seluruh peserta rapat dan meminta persetujuan. Seluruh peserta rapat pun setuju dengan naskah tersebut.

Bung Hatta lalu meminta semua peserta rapat menandatangani naskah tersebut sebagai bukti siapa saja yang terlibat dalam peristiwa penyusunan teks proklamasi dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.


Mendengar usulan Bung Hatta seluruh peserta rapat tiba-tiba terdiam. Sukarni lalu memecah kesunyian dan berbicara. Ia mengusulkan agar cukup Bung Karno dan Bung Hatta yang menandatangani naskah tersebut.

Usul Sukarni itu disambut gegap gempita oleh seluruh peserta rapat yang hadir tanda mereka semua setuju.

Sebelum rapat ditutup Bung Karno mengingatkan bahwa kemerdaakn Indonesia akan diproklamasikan hari itu juga pada 17 Agustus atau 10 Ramadhan.

Rapat tersebut berakhir sekitar pukul 03.00 WIB. Sebelum pulang, Bung Hatta, Bung Karno, serta seluruh peserta rapat yang menjalankan ibadah puasa menyempatkan diri untuk sahur di rumah Laksamana Maeda.

Lauk sahur Bung Karno dan Bung Hatta saat itu sangat sederhana yakni roti, telur, dan ikan sarden. Sahur kala itu tentunya menjadi momen bersejarah bagi lantaran merupakan bagian dari detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Selepas sahur, Bung Hatta dan Bung Karno pulang. Proklamasi dan pembacaan naskah yang mereka susun semalam berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 pada 17 Agustus, tepat pukul 10.00 WIB diiringi dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih.

https://nasional.kompas.com/read/2021/04/21/10150061/ketika-soekarno-hatta-diculik-ke-rengasdengklok-sahur-mencekam-jelang

Terkini Lainnya

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke