Penyusunan teks proklamasi diawali dengan peristiwa Rengasdengklok dimana para pemuda "menculik" Soekarno dan Mohammad Hatta ke suatu wilayah di Karawang, Jawa Barat, yang bernama Rengasdengklok.
Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok pada 16 Agustus, tepat sehari sebelum pembacaan teks proklamasi.
Namun Bung Karno dan Bung Hatta berhasil meyakinkan para pemuda untuk membawa mereka kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo membawa kedua pemimpin negara itu menuju rumah Laksamana Maeda. Di sana lah teks proklamasi disusun.
Rumah Laksamana Maeda dipilih sebagai tempat menyusun naskah proklamasi lantaran memiliki hak imunitas dari pemeriksaan tentara Jepang.
Naskah proklamasi merupakan buah pikir utama tiga tokoh yakni Bung Hatta, Bung Karno, dan Achmad Soebardjo. Selain mereka, para tokoh pemuda seperti Sukarni, Sudiro, dan BM Diah juga turut menyaksikan. Adapun dari pihak Jepang yang menyaksikan ialah S. Miyoshi dan S. Nishijima.
Mulanya Bung Karno mempersilakan Bung Hatta menyusun draf awal naskah proklamasi tersebut.
"Aku persilakan Bung Hatta menyusun teks ringkas itu sebab bahasanya kuanggap yang terbaik. Sesudah itu kita persoalkan bersama-sama. Setelah kita memperoleh persetujuan, kita bawa ke muka sidang lengkap yang sudah hadir di tengah," ujar Bung Karno sebagaimana dikutip dari autobiografi Bung Hatta yang berjudul "Untuk negeriku Sebuah Autobiografi".
Bung Hatta pun setuju. Ia lantas meminta Bung Karno menuliskan apa yang ia diktekan sebagai draf awal teks proklamasi.
Usai menulis apa yang didiktekan Bung Hatta, Bung Karno bersama peserta rapat lainnya membahas naskah tersebut. Begitu selesai, mereka membacakannya kepada seluruh peserta rapat dan meminta persetujuan.
Seluruh peserta rapat pun setuju dengan naskah tersebut. Bung Hatta lalu meminta semua peserta rapat menandatangani naskah tersebut sebagai bukti siapa saja yang terlibat dalam peristiwa penyusunan teks proklamasi dan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Mendengar usulan Bung Hatta seluruh peserta rapat tiba-tiba terdiam. Sukarni lalu memecah kesunyian dan berbicara. Ia mengusulkan agar cukup Bung Karno dan Bung Hatta yang menandatangani naskah tersebut.
Usul Sukarni itu disambut gegap gempita oleh seluruh peserta rapat yang hadir tanda mereka semua setuju. Sebelum rapat ditutup Bung Karno mengingatkan bahwa kemerdaakn Indonesia akan diproklamirkan hari itu juga pada 17 Agustus atau 10 Ramadhan.
Rapat tersebut berakhir sekitar pukul 03.00 WIB. Sebelum pulang, Bung Hatta, Bung Karno, serta seluruh peserta rapat yang menjalankan ibadah puasa menyempatkan diri untuk sahur di rumah Laksamana Maeda.
Lauk sahur Bung Karno dan Bung Hatta saat itu sangat sederhana yakni roti, telur, dan ikan sarden. Sahur kala itu tentunya menjadi momen bersejarah bagi lantaran merupakan bagian dari detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Selepas sahur, Bung Hatta dan Bung Karno pulang. Proklamasi dan pembacaan naskah yang mereka susun semalam berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 pada 17 Agustus, tepat pukul 10.00 WIB diiringi dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih.
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/20/21211151/penyusunan-teks-proklamasi-yang-dibarengi-sahur-bersama
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan