Hal itu dibenarkan salah satu pedagang buku bekas, yakni Lis (55). Dirinya mengakui bahwa selama Pandemi Covid-19 hampir setiap hari tidak ada pengunjung yang beli buku.
“Penjualan buku turun drastis semenjak pandemi. Sebelumnya, masih ada yang beli, semenjak pandemi paling buku laku 1-3 buku saja, malahan pembeli hampir tiap hari nol,” jelas Lis kepada Kompas.com, Jumat (26/3/2021).
Hal serupa juga disampaikan oleh Linda (49) seorang pedagang buku bekas lainnya. Ia mengatakan bahwa imbas dari pandemi sangat berpengaruh pada pendapatannya saat ini.
Biasanya ia bisa mendapatkan Rp 500.000 sampai Rp 1 juta dalam sehari dari penjualan buku. Kini, ia hanya bisa mendapatkan sekitar Rp 200.000 dalam sehari. Itu pun jarang terjadi.
"Sebelum corona bisa dapat sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta per hari, sekarang semenjak corona hampir setiap hari enggak ada pendapatan, paling besar ya Rp 200.000, itu juga enggak setiap hari," kata Linda.
Menurut Linda, imbas dari kegiatan belajar di rumah secara virtual merupakan salah satu dampak besar pada penjualan buku bekas. Musababnya, sampai saat ini para pelajar maupun peserta didik belum juga membeli buku bekas sebagai referensi buku pelajaran yang sudah disediakan dari sekolah.
Meskipun sepi pengunjung, para pedagang buku bekas tetap membuka lapak jualannya setiap hari. Mereka berharap, setidaknya ada beberapa pengunjung yang datang membeli buku.
“Sebelumnya, yang beli buku bekas ya kebanyakan anak SMP, SMA, anak kuliahan. Biasanya cari buku pelajaran atau buku kuliah ya," kata Lis.
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/27/19135071/imbas-pandemi-pedagang-buku-bekas-di-blok-m-square-sepi-pengunjung