Menurut Sigit, potensi polarisasi masyarakat masih terasa hingga saat ini, terutama pasca Pilkada 2017 dan Pilpres 2019.
Penyebabnya, kata dia, informasi-informasi hoaks bernada provokatif yang saat itu menyebar luas di media sosial.
"Ini adalah situasi di mana teknologi informasi jadi sarana penting untuk kita bisa belajar, mengetahui tidak ada lagi batas. Tapi juga dihadapkan dengan potensi polarisasi. Kalau tidak dijaga, ini jadi bibit-bibit disintegrasi," kata Sigit saat menyampaikan kuliah umum kebangsaan di Universitas Indonesia, Rabu (10/3/2021).
Ia berpendapat, perilaku masyarakat akar rumput pasca Pilpres 2019 sulit diubah. Padahal, kata Sigit, para elite sudah bersatu.
"Padahal kalau kita lihat di level elite, saat ini dalam posisi yang jadi satu. Tapi yang di grass root untuk bisa berubah sangat sulit," tuturnya.
Karena itu, Sigit mengatakan. gejala polarisasi harus dapat dikelola dengan benar. Sebab, jika tidak, akan memberatkan langkah bangsa Indonesia di masa mendatang.
"Maka ini buntutnya potensi yang harus kita waspadai yang kalau tidak kita kelola dengan baik akan membawa situasi bangsa menjadi berat untuk bisa sesuai dengan cita-cita kita semua," katanya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/10/15335471/kapolri-waspadai-polarisasi-bisa-jadi-bibit-disintegrasi-bangsa