Kejanggalan tersebut, kata dia, terjadi ketika pemilihan Ketum dilakukan secara voting dan menetapkan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketum Demokrat versi KLB.
"Yang menjadi rancu dalam proses KLB ini yaitu pemilihan ketua umum. Pemilihan ketua umum dalam proses KLB ini, secara voting. Ketika ditanya siapa yang akan dipercayakan untuk menjadi Ketum, para peserta berteriak Pak Moeldoko. Ditanya lagi, siapa yang bisa menjadi calon ketua umum, para peserta juga berteriak Pak Marzuki Alie," kata Gerald dalam konferensi pers, Senin (8/3/2021) yang disiarkan di channel Youtube Agus Yudhoyono.
Gerald sendiri sengaja dihadirkan Demokrat dalam acara "Konferensi Pers Ketua Umum Partai Demokrat, Menguak Kebenaran: Testimoni Peserta KLB Abal-abal" untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada saat KLB di Sumut.
Ia menceritakan, setelah ditentukan dua nama calon ketum, pimpinan sidang KLB yaitu Jhoni Allen Marbun langsung mencatat kedua nama itu.
Setelah itu, Jhoni Allen langsung berteriak ke para peserta KLB dan menanyakan siapa yang mendukung Moeldoko untuk menjadi ketua umum.
"Semua berdiri, angkat tangan ke atas. Ya, kita pilih Pak Moeldoko," ujar Gerald menirukan suara Jhoni Allen kala itu.
Ia melanjutkan, Jhoni Allen kemudian menanyakan kepada para peserta, siapa yang memilih Marzuki Alie sebagai ketua umum.
Cerita Gerald, ketika Jhoni menanyakan hal itu, para peserta pendukung Marzuki Alie pun lantas langsung berdiri dan mengangkat tangan menandakan dukungannya.
"Tiba-tiba, Pak Jhoni Allen langsung mengetuk palu, bahwa yang terpilih Ketua Umum dalam Kongres Luar Biasa ini adalah Pak Moeldoko. Yang sementara Pak Moeldoko ini tidak ada di tempat musyawarah, tidak ada di tempat KLB. Hanya ada Pak Marzuki Alie, tetapi sudah ditetapkan sebagai ketua," jelas Gerald.
Pemutusan Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat versi KLB kubu kontra AHY itulah yang menurut Gerald, sangat janggal.
Pasalnya, tiba-tiba saja Jhoni Allen selaku pimpinan sidang KLB mengetuk palu dan menyimpulkan nama Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum, hanya berdasarkan voting berdiri dari para peserta.
Tak cukup di situ, Gerald juga membeberkan fakta lainnya saat mengikuti KLB tersebut.
Berdasarkan ceritanya, Moeldoko yang terpilih sebagai Ketum versi KLB, tidak terdaftar sebagai anggota Demokrat.
"Yang menjadi persoalan kedua, Pak Moeldoko ini kan tidak terdaftar sebagai anggota Demokrat, atau kader Demokrat, ataupun pimpinan Demokrat, baik itu mulai dari ranting, cabang, maupun daerah, apalagi DPP," ucapnya.
Gerald menuturkan, Moeldoko justru masuk menjadi anggota Demokrat setelah dibacakan tata tertib KLB oleh Jhoni Allen.
Pada pasal 20 poin ke-5 dalam tata tertib tersebut, dibacakan Gerald, anggota dan kader Demokrat yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota (KTA) Partai Demokrat dan atau kader yang baru masuk melalui KLB ini, maka yang bersangkutan ditetapkan telah memiliki KTA Partai Demokrat dengan nomor khusus atau spesial.
"Sekarang yang menjadi pertanyaan saya ketika ikut KLB, ini Pak Moeldoko ditetapkan sebagai anggota atau kader Partai Demokrat pada saat KLB dan sudah mempunyai KTA. Sekarang yang jadi pertanyaan, KTA Pak Moeldoko ini siapa yang tanda tangan? Kan harus ditandatangani Ketua Umum," kata Gerald.
Setelah berkata demikian, dia pun menunjukkan KTA miliknya yang mana ditandatangani oleh Ketua Umum Partai Demokrat sebelum AHY, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Berkaca dua hal di atas, Gerald pun mempertanyakan kejanggalan yang ia temui pada saat mengikuti KLB di Deli Serdang itu.
"Nah sekarang Pak Moeldoko ditetapkan sebagai anggota Partai Demokrat, KTAnya mana? Nomor KTAnya berapa? Tidak ada. Terus dipilih menjadi ketua umum. Ini kan aneh," tuturnya.
Diketahui, KLB kubu kontra Ketua Umum Partai Demokrat AHY terselenggara pada Jumat (5/3/2021) sekitar pukul 15.00 WIB di Sumatera Utara. Bahkan, KLB itu menentukan ketua umum yang diklaim untuk menggantikan AHY.
Pantauan Kompas.com melalui siaran Kompas TV, dalam KLB tersebut diputuskan bahwa KSP Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
"Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kongres Luar Biasa Partai Demokrat menimbang dan memperhatikan bahwa putusan menetapkan pertama, dari dua calon, atas voting berdiri, maka Pak Moeldoko ditetapkan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2026," kata mantan kader Demokrat Jhoni Allen, di KLB, Jumat (5/3/2021).
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/08/22530531/mantan-wakil-ketua-dpc-demokrat-ungkap-kejanggalan-klb-sumut-moeldoko
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan