Ia menjelaskan, delirium dapat menimbulkan gejala yang bisa menyasar pada aspek psikologis.
Efeknya, yakni seseorang kerap sulit fokus, suka melamun, dan bahkan daya ingat seseorang yang mengalami gejala ini bisa menurun.
"Suka melamun, daya ingat menurun, sulit bicara, berhalusinasi, mudah tersinggung dan sering gelisah," ujar Endang dalam webinar yang digelar BNPB, Jakarta, Rabu (17/2/2021).
Namun, pihaknya juga masih mempertanyakan apakah gejala ini hanya timbul pada mereka yang terpapar Covid-19 atau seseorang yang terdampak.
Karena, menurutnya, orang-orang yang tidak terdampak juga mengalami delirium.
"Ini apakah gejala covid atau ini efek dari orang yang kebetulan terpapar Covid-19? Tapi bisa juga ini terjadi pada orang-orang yang tidak terdampak, itu juga ada," jelas dia.
Terkait munculnya fenomena efek bagi para penyintas Covid-19, ia menjelaskan, terdapat sejumlah reaksi yang timbul dengan jangka waktu cukup panjang.
Berdasarkan studi penelitian terdahulunya, efek itu berupa penyintas yang merasa sendiri, sesak nafas walaupun sudah dinyatakan sembuh, hingga kerap merasa suasana hati terganggu.
"Pada akhirnya kita perlu memperjelas apakah ini betul-betul aspek psikologis, ataukah memang ada aspek medis. Aspek fisik yang mungkin memang punya dampak, bisa cukup panjang jangka waktunya," jelas dia.
https://nasional.kompas.com/read/2021/02/17/14225731/fenomena-delirium-gejala-baru-covid-19-ini-penjelasannya