Hal tersebut disampaikan Ma'ruf saat memberi sambutan di Peringatan HUT ke-65 Universitas Ibnu Chaldun Jakarta secara virtual, Kamis (11/2/2021).
"Saya memandang bahwa salah satu hambatan dalam perkembangan peradaban saat ini antara lain adalah cara berpikir sempit dan tidak terbuka terhadap perubahan," kata Ma'ruf.
Oleh karena itu, dirinya pun tidak ingin umat Islam ikut ke dalam arus berpikir sempit, seperti beberapa fenomena yang muncul belakangan.
Contohnya pemikiran sempit tentang orang-orang yang tidak percaya bahwa pandemi Covid-19 adalah nyata.
"Atau percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," kata dia.
Ma'ruf menilai, cara berpikir sempit tersebut juga merupakan salah satu penyebab munculnya sifat egoistik, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog.
Selain itu, cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama.
"Bahkan menjadi radikal yang dapat menjustifikasi kekerasan dalam menyelesaikan masalah," kata dia.
Cara bepikir sempit demikian, dinilainya akan menghambat upaya membangun kembali peradaban Islam yang salah satunya dimulai dari masjid.
Ia mengatakan, peran terpenting masjid adalah sebagai wadah untuk melestarikan cara berpikir sebagaimana diajarkan Rasulullah.
"Pelestarian dan penerapan cara berpikir tersebutlah yang melahirkan peradaban Islam yang menjadi peradaban dunia, terutama pada zaman kejayaan Islam dari tahun 800 sampai 1258 Masehi," kata dia.
Ma'ruf mengatakan, pada masa tersebut peradaban Islam menjadi supremasi peradaban dunia.
Antara lain, Islam menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi dasar peradaban modern saat ini seperti ilmu kedokteran, fisika, aljabar, astronomi, dan sebagainya.
"Sebagai intisari peradaban, cara berpikir adalah kunci utama dari maju mundurnya sebuah peradaban," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2021/02/11/10040811/wapres-cara-berpikir-sempit-adalah-hambatan-perkembangan-peradaban