Pasalnya, belum setahun menjabat, sudah muncul gerakan yang hendak mengambil alih kekuasaan AHY.
Menurut Qodari, jika ketua umum terpilih lewat aklamasi, seharusnya tak akan ada gerakan yang hendak menjatuhkan AHY karena seluruh internal partai solid mendukung putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
"Ini cukup mengejutkan karena kongresnya baru selesai, ketua umum baru terpilih, apalagi dengan cara aklamasi," kata Qodari sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Kamis (4/2/2021).
Qodari lantas mempertanyakan proses aklamasi yang terjadi pada Kongres Demokrat saat AHY terpilih sebagai ketua umum. Menurut dia, aklamasi saat itu bukanlah aklamasi sejati.
Aklamasi yang sejati, lanjut Qodari, terjadi ketika ada satu tokoh yang dianggap sangat kuat, sangat legitimate, sangat tepat untuk menjadi ketua umum, dan diterima oleh semuanya.
"Artinya, aklamasi partai Demokrat pada tahun lalu itu, Maret 2020 itu, sebetulnya bukan aklamasi yang sejati," ucap Qodari.
"Jadi kalau belum setahun sudah ada gerakan politik, itu menandakan bahwa kekuasaan di Demokrat saat ini tidak bulat," tutur Qodari.
Diketahui, AHY mengungkapkan, ada sejumlah orang yang hendak melengserkannya dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.
Ia menyebut salah satu pejabat di lingkungan Istana Kepresidenan terlibat gerakan tersebut, yakni Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
Selain itu, sejumlah politisi dan eks politisi Demokrat lainnya juga disebut terlibat dalam upaya pelengseran AHY. Mereka yang dituding terlibat ialah Marzuki Alie, Jhoni Allen Marbun, Darmizal, dan Muhammad Nazarudin.
https://nasional.kompas.com/read/2021/02/05/00292401/muncul-gerakan-pengambilalihan-kekuasaan-di-demokrat-pengamat-ragukan