Sebab, menurut dia, ada beberapa negara yang penularan Covid-19 justru berkembang klaster keluarga akibat pembukaan sekolah.
"Jangan sampai sekolah Januari nanti juga menjadi ajang setor nyawa dengan pengembangan klaster keluarga," kata Jasra melalui keterangan tertulisnya, Minggu (29/11/2020).
Jasra menilai, seharusnya orangtua dan sekolah berusaha agar anak mengurangi rasa bosan belajar di rumah.
Menurut dia, kebosanan di tengah keharusan menjaga protokol kesehatan pencegahan Covid-19 akan membuat anak menjadi mudah stres dan depresi.
"Fenomena tiga anak bunuh diri sudah cukup menjadi persoalan besar bangsa ini," ujar dia.
Orangtua dan sekolah, lanjut Jasra, harusnya dapat menciptakan imun riang gembira di rumah dan menyalurkan hobi dan minat anak.
Sehingga, anak menjadi tokoh penting dalam bencana pandemi sebagai pengurang dampak bencana.
"Termasuk membangun kecakapan sosialnya di rumah, sehingga mendukung kondisi rumah yang sedang bertahan," ucapnya.
Adapun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, pembelajaran tatap muka yang kembali akan dilakukan pada 2021 sifatnya bukan kewajiban.
Menurut dia, kebijakan kembali membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka sifatnya diperbolehkan atas keputusan tiga pihak.
"Sekali lagi harus saya tekankan, pembelajaran tatap muka ini diperbolehkan, tidak diwajibkan. Diperbolehkan dan keputusan itu ada di pemda, kepala sekolah dan orangtua yaitu komite sekolah," ujar Nadiem dalam konferensi persnya secara daring (20/11/2020).
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/30/09422101/kpai-jangan-sampai-pembukaan-sekolah-jadi-ajang-setor-nyawa