Emil mengatakan, informasi yang dilaporkan kepada aparat terkait adalah acara tersebut tidak berskala besar.
“Itu adalah shalat Jumat dan peletakan batu pertama, itu laporan panitianya ke camat, ke Satgas (Covid-19) kabupaten hanya itu,” kata Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Jumat (20/11/2020).
“Jadi bukan acara besar yang mengundang, hanya acara rutin,” sambung dia.
Ia mengklaim langkah pencegahan terhadap timbulnya kerumunan sudah dilakukan.
Emil mengatakan, sudah ada langkah lobi yang dilakukan. Ia tak merinci siapa saja pihak yang dilobi.
“Sudah dilobi juga oleh Kodim untuk mengingatkan potensi kerumunan. Jadi tindakan pencegahan itu sudah dilakukan,” tuturnya.
Akan tetapi, menurutnya, euforia masyarakat membludak di hari-H acara. Kebanyakan masyarakat disebutkan hanya ingin melihat dan tidak mengikuti acara.
Keramaian pun tak terelakkan. Dengan begitu, terdapat dua pilihan bagi aparat di lapangan, yakni langkah persuasif atau represif.
Menurut Emil, langkah represif berpotensi menimbulkan gesekan atau konflik mengingat banyaknya massa di lapangan.
“Maka pilihan dari Pak Kapolda Jabar saat itu memutuskan pendekatan humanis non represif. Walaupun akhirnya, pilihan-pilihan itu memberi konsekuensi pada institusi kepolisian yang tentunya saya sangat hormati,” ucap dia.
Adapun Emil dimintai keterangan oleh tim Bareskrim Polri dan Polda Jabar terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan dalam acara tersebut pada hari ini.
Dari pengakuannya, ia diperiksa selama sekitar tujuh jam.
Diketahui, kerumunan yang ditimbulkan acara Rizieq Shihab memang berbuntut panjang.
Bahkan, Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana dan Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriadi dicopot dari jabatannya karena dinilai lalai dalam menegakkan protokol kesehatan.
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/20/19514021/diperiksa-polisi-terkait-kerumunan-rizieq-shihab-ridwan-kamil-ada-lobi-dari