Hal itu terlihat dari dua kali periode libur panjang yang terjadi pada tujuh bulan pandemi Covid-19 di Indonesia.
"Kita belajar dari pengalaman lalu-lalu di mana kita juga sudah hadapi beberapa kali liburan," ujar Dewi dalam talkshow daring yang ditayangkan di kanal YouTube resmi BNPB, Kamis (22/10/2020).
Dia menjelaskan, pada libur panjang ada potensi mobilitas masyarakat yang meningkat. Dari kondisi itu, berlanjut pada kemungkinan kerumunan masyarakat.
"Dalam kerumunan kita khawatir ada yang tak patuh dengan protokol kesehatan hingga penularan Covid-19 meningkat," ungkap Dewi.
Dia lantas menggambarkan kondisi penularan Covid-19 yang meningkat setelah libur panjang.
Pertama, pada libur panjang Idul Fitri 22-25 Mei 2020 lalu.
Usai periode libur panjang itu, Satgas Covid-19 mencatat kenaikan kasus penularan pada 6-28 Juni 2020.
"Pertama, kita lihat jumlah rata-rata kasus harian per pekan. Di akhir Mei rata-rata kasus hariannya 600. Kemudian pekan pertama Juni 674," jelas Dewi.
"Pekan kedua Juni kemudian langsung naik di angka 1.013. Kemudian naik lagi di angka 1.088 lalu di angka 1.159. Jadi naik terus," lanjutnya.
Kemudian, Dewi mengungkapkan kondisi penambahan kasus Covid-19 secara mingguan setelah libur panjang Idul Fitri.
Semula, kata dia, di pekan terakhir Mei ada 4.202 penambahan kasus Covid-19 dalam sepekan.
Lalu, pekan pertama Juni kasus mingguan naik tetapi belum signifikan.
"Tiba-tiba di pekan kedua Juni naik dari 4.200 kasus ke 7.091 kasus. Kalau kita lihat bahkan di akhir Juni ada 8.119 kasus," ungkap Dewi.
"Kurang lebih terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Ini kurang lebih 69 persen sampai 93 persen dari akhir Mei ke pekan kedua Juni hingga pekan keempat Juni," lanjutnya.
Lebih lanjut, Dewi pun mengungkapkan dampak dari libur panjang periode kedua, yakni saat HUT ke-73 RI pada 17 Agustus dan dilanjutkan libur panjang dalam rangka Idul Adha.
"Setelah masa liburan itu, terjadi kenaikan hingga 118 persen. Ini lebih tinggi dari periode pertama tadi yang maksimal naik sebanyak 69 persen," tutur Dewi.
Selain itu, masa libur panjang kedua tersebut juga menyebabkan kenaikan absolut sebesar 3,9 persen untuk positivity rate.
Rinciannya, kata Dewi, angka kumulatif penularan Covid-19 secara mingguan setelah libur panjang pada Agustus naik dari 13.986 kasus menjadi 22.000 kasus pada pekan pertama September.
Pada pekan kedua September, kasus kumulatif naik menjadi 24.000.
Di pekan ketiga September, kasus kumulatif kembali naik menjadi 26.000.
"Pekan keempat September bahkan naik lagi menjadi 30.000 kasus. Jadi libur panjang pada Agustus ini lebih lama efeknya dan peningkatan cukup signifikan," ungkap Dewi.
"Kemudian, kalau kita lihat rata-rata (penambahan) kasus harian juga terus meningkat. Pada Mei masih 600an kasus, Agustus sekitar 1.900-an hingga 2.000an. September naik lagi menjadi 3.100 - 3.400-an kasus dalam sehari," lanjutnya.
Pada pekan keempat September, tambah Dewi, rata-rata penambahan kasus harian bahkan bisa mencapai 4.362 kasus.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/22/18172961/penjelasan-satgas-soal-potensi-kenaikan-kasus-covid-19-usai-libur-panjang