Sebab, kata dia, hal tersebut dapat memicu penyakit-penyakit tertentu dalam tubuh seseorang.
"Kalau mau vaksin, ada beberapa pertimbangan. Misalnya, kalau lagi sakit jangan vaksin dulu karena takut berkaitan dengan pasca imunisasi. Takutnya ada penyakit-penyakit tertentu yang bisa terbentuk," ujar Reisa di acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 secara daring, Kamis (8/10/2020).
Ia mengatakan, setiap akan melakukan vaksinasi, harus diperhatikan dulu riwayat imunisasi yang pernah dilakukan sebelumnya, apakah mengalami alergi.
Kemudian, pertimbangan selanjutnya, apakah sedang mengikuti terapi baik terapi teroid, kemoterapi, maupun radioterapi atau memiliki penyakit yang menurunkan imunitas seperti leukimia, kanker, transfusi darah, atau terapi imunoglobulin.
"Biasanya kalau mengalami hal itu maka dipertimbangkan apakah vaksinasi perlu atau tidak, tapi kalau aman-aman saja, tak perlu khawatir, yang pasti asal jangan saat sakit," kata dia.
Sebab, Reisa mengatakan, vaksin bertujuan untuk membentuk antibodi atau penjaga tubuh seseorang.
Dengan demikian, jika di dalam tubuh itu sang penjaga sedang perang dengan penyakit lain, maka apabila ditambah penjaga lainnya lewat vaksinasi bisa tidak efektif.
"Jadi setelah sembuh baru divaksin lagi supaya tubuhnya sudah siap lagi menerima imunisasi," terang Reisa.
Di satu sisi, kata dia, ada pula orang yang tak mau melakukan vaksin dengan alasan munculnya reaksi pasca imunisasi atau menjadi sakit akibat vaksinasi.
Raksi-reaksi umum yang terjadi adalah demam atau pembengkakan di lokasi penyuntikan.
Namun, Reisa meminta agar tidak khawatir karena merupakan hal yang umum.
"Ikutan pasca imunisasi tidak berat dan bisa diatasi. Tak perlu khawatir," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/08/19171141/masyarakat-diminta-tak-lakukan-vaksinasi-jika-sakit