Adu mulut itu bermula saat Arteria merespons usulan penambahan anggaran bagi Polri sebesar Rp 19,6 triliun.
Fraksi PDI-P, menurut Arteria, mendukung usulan itu. Sebab, tugas Polri pada masa pandemi cukup banyak.
Arteria kemudian menyinggung Polri yang kurang responsif dalam mengusut perkara pembakaran bendera PDI-P.
Mendengar pernyataan Arteria, Sahroni selaku pimpinan rapat melakukan interupsi.
Menurut Sahroni, rapat kali ini merupakan bentuk dari fungsi pengawasan DPR kepada usulan anggaran Polri. Ia meminta pernyataan Arteria tidak melenceng dari hal tersebut.
"Pak Arteria, ini fungsi pengawasan. Jangan melibatkan di luar fungsi pengawasan," pinta Sahroni.
Namun Arteria berpendapat, pernyataannya itu bagian dari implementasi penganggaran pada Polri.
"Kaitannya kan dengan anggaran," jawab Arteria.
Tanpa mempedulikan jawaban Arteria, Sahroni kemudian mengingatkan kepada seluruh peserta rapat komisi untuk fokus dalam hal pengawasan terhadap usulan penambahan anggaran Polri.
Sahroni sekaligus meminta Arteria secara khusus supaya pembahasan anggaran ini tak dicampuradukkan dengan dinamika partai politik.
Arteria kemudian memotong pernyataan Sahroni. Ia bersikukuh pernyataannya itu tak keluar dari topik yang sedang dibahas.
"Pak Ketua, saya sebenarnya juga bahas anggaran tapi Pak Ketua sudah berprasangka. Jadi jangan terlalu diinin Pak Ketua, saya angka-angka semua. Jadi kalau begini saya juga enggak nyaman dipimpin sama ketua," ujar Arteria.
Setelah itu, rapat pun berlangsung kondusif seperti sedia kala.
Sebelumnya dalam rapat, Wakapolri Komjen Polisi Gatot Eddy Pramono mengatakan, pihaknya mengusulkan tambahan anggaran 2021 sebesar Rp 19,668 triliun dengan pagu anggaran tahun 2021 sebesar Rp 111,975 triliun.
"Polri telah mengusulkan tambahan anggaran rupiah murni pada penetapan pagu alokasi anggaran TA 2021 kepada Kemenkeu dan Kementerian PPN/Bappenas sesuai surat Kapolri nomor b/5487/VIII/ren.2.3/2020 sebesar Rp 19,668 triliun," kata Eddy.
Eddy menjelaskan bahwa pagu anggaran Polri tahun 2021 sebesar Rp 111,9 triliun itu diprioritaskan untuk lima program yaitu pertama, program profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) Polri sebesar Rp 2,401 triliun.
Kedua, program penyelidikan dan penyidikan pidana sebesar Rp 5,496 triliun. Ketiga, program modernisasi almatsus dan sarana prasarana Polri sebesar Rp 37,900 triliun.
Keempat, program pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat sebesar Rp 17,017 triliun serta kelima program dukungan manajemen sebesar Rp 49,159 triliun.
"Kemudian, jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai Rp 53,977 triliun atau 48,21 persen. Belanja barang Rp 28,707 triliun atau 25,64 persen. Belanja modal sebesar Rp 29,290 triliun atau 26,16 persen," ujarnya.
Namun, Eddy mengatakan, pagu anggaran tersebut belum mencukupi kebutuhan anggaran sehingga Polri mengajukan penambahan anggaran sebesar Rp 19,6 triliun yang terdiri dari belanja barang sebesar Rp 4,487 triliun dan belanja modal Rp 15,180 triliun.
"Tentunya pada kesempatan ini kami mohon dukungan penuh dari bapak pimpinan Komisi III dan seluruh anggota agar usulan ini bisa dipenuhi," ujar Gatot Eddy.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/14/15264641/saat-arteria-dahlan-adu-mulut-dengan-ahmad-sahroni