Hal ini karena pemungutan suara Pilkada 2020 digelar di akhir tahun. Sementara, jelang akhir tahun biasanya iklim kurang mendukung untuk mendistribusikan logistik.
"Kendalanya pertama distribusi logistik, biasanya agak lama," kata Arief dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (26/8/2020).
"Biasanya kalau akhir tahun itu curah hujan tinggi, ombak tinggi, sementara negara kita kepuluan dan pegunungan," tuturnya.
Arief mengatakan, idealnya pemungutan suara Pilkada digelar di tengah tahun.
Pada gelaran pemilihan yang sudah-sudah, KPU selalu menggelar hari pencoblosan sekitar bulan April atau Juli.
Hal itu dilakukan demi pertimbangan cuaca dan iklim
Pemungutan suara Pilkada 2020 pun semula akan digelar September. Namun demikian, akibat pandemi Covid-19, pelaksanaannya menjadi tertunda.
Untuk mengantisipasi keterlambatan distribusi logistik, kata Arief, pihaknya akan mengirimkan logistik Pilkada lebih cepat dari waktu yang telah dijadwalkan.
"Kalau lambat kita atur strategi, pertama mendisitribusikan dua minggu sebelum jadwal," ujar Arief.
Selain itu, jika cuaca benar-benar ekstrem dan tak memungkinkan untuk mengirim logistik menggunakan transportasi yang biasa dipakai, KPU terpaksa menyewa pesawat untuk melakukan distribusi.
"Itu dialami KPU berkali-kali harus carter pesawat gede untuk distribusi logistik, harus carter helikopter dan segala macam," tutur Arief.
"Ini kemungkinan akan memerlukan biaya tambahan," katanya.
Untuk diketahui, Pilkada 2020 digelar di 270 wilayah di Indonesia, meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota.
Semula, hari pemungutan suara Pilkada akan digelar pada 23 September. Namun, akibat wabah Covid-19, hari pencoblosan diundur hingga 9 Desember 2020.
Adapun kampanye Pilkada 2020 akan digelar selama 71 hari, mulai 26 September hingga 5 Desember 2020.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/27/10595071/potensi-cuaca-ekstrem-distribusi-logistik-pilkada-diprediksi-lebih-lama