"Obat ini tinggal menunggu izin edar dari BPOM," kata Andika yang sekaligus merupakan Wakil Ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Mabes AD, Jakarta, Sabtu (15/8/2020), seperti dilansir dari Antara.
Tim gabungan tersebut baru saja menyelesaikan uji klinis tahap ketiga obat untuk pasien Covid-19 yang dirawat tanpa ventilator di rumah sakit.
Obat tersebut merupakan kombinasi tiga jenis obat. Rinciannya, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline, serta Hydrochloroquine dan Azithromyci.
Selanjutnya, Andika pun akan bertemu dengan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam rangka mempercepat izin edar untuk obat tersebut.
Lebih lanjut, menurut Andika, proses produksi massal obat tersebut sudah tidak memiliki kendala.
"Makanya kami sudah langsung akan berbicara rencana produksi. Siapa membuat apa, yang akan membeli bahan baku bagaimana, kemudian anggaran dari pemerintahnya seperti apa," ujarnya.
Nantinya, obat ini diperkirakan akan disubsidi pemerintah sehingga tidak dijual bebas.
Sementara itu, Rektor Unair Mohammad Nasih mengklaim obat tersebut menjadi obat Covid-19 pertama di dunia.
"Karena ini akan menjadi obat baru maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia," ucap Nasih.
Menurutnya, tiga jenis obat yang dikombinasikan untuk menjadi obat baru ini biasanya diberikan secara terpisah kepada pasien.
Namun, Unair mengkombinasikan ketiga jenis obat tersebut. Ia pun mengklaim obat baru itu memiliki efektivitas hingga lebih dari 90 persen.
"Setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/16/08505191/ksad-sebut-kandidat-obat-covid-19-temuan-unair-dan-tni-ad-tunggu-izin-edar