Di hadapan Idris, Tito menyebut bahwa masker N95 semestinya diperuntukkan bagi tenaga medis karena jumlahnya terbatas.
Hal itu disampaikan Tito ketika menyinggung jenis-jenis masker yang digunakan untuk mencegah penularan virus.
"Masker ini macam-macam, masker yang dipakai Pak Wali itu N95, fine itu terbaik. Tapi saran dari beberapa ahli, karena terbatas, sebaiknya digunakan tenaga medis yang berhadapan dengan yang positif," kata Tito dipantau melalui siaran langsung YouTube Kemendagri, Kamis.
Jenis masker yang kedua adalah surgical mask atau masker bedah.
Masker ini mampu menahan 40-50 persen partikel yang masuk, tetapi kelemahannya tak bisa dicuci.
Sementara, masker yang paling banyak digunakan, yaitu masker kain. Masker ini dinilai efektif untuk mencegah penularan virus, sekaligus dapat dicuci dan digunakan kembali.
Tito mengungkap, menurut penelitian, jika dua orang bertemu tak memakai masker, maka keduanya berisiko 90 persen tertular atau menularkan Covid-19.
Jika satu orang memakai masker sedangkan yang lainnya tak pakai masker, risiko penularan virus sebesar 30 persen.
"Kalau pakai masker satu, yang sakit pakai masker, risikonya lima persen. Kalau dua-duanya pakai, itu 1,5 persen," papar Tito.
Dengan adanya hasil penelitian itu, Tito meminta seluruh masyarakat, termasuk warga Depok, untuk selalu menggunakan masker.
Menurut Tito, lantaran lockdown tak mungkin diterapkan di Depok, maka yang harus dilakukan adalah me-lockdown wajah dengan cara menutup mulut dan hidung menggunakan masker.
"Kita enggak bisa melakukan lockdown Depok, imposibble dan yang kita lakukan lockdown muka, lockdown hidung dan mulut kita," kata Tito.
"Sudahlah daripada kita lockdown kota susah, nanti Pak Wali menegakkannya, juga TNI/Polri setengah mati, satpol PP bisa-bisa nanti digebukin," lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/13/13160171/sentil-walkot-depok-yang-gunakan-masker-n95-tito-itu-untuk-tenaga-medis