Ia mengatakan, di Indonesia mayoritas pendidikan orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus adalah tidak tamat SD.
Sementara di negara-negara maju, kata dia, orangtua dengan anak berkebutuhan khusus pendidikannya rata-rata tamatan SMA.
"Di negara maju, ibu dari anak berkebutuhan khusus rata-rata pendidikannya SMA, kalau di kita mayoritas pendidikan tidak tamat SD," ujar Usman dalam webinar koordinasi perlindungan anak penyandang disabilitas pada masa pandemi Covid-19, Rabu (29/7/2020).
Oleh karena itu, kata dia, pendidikan pun menjadi kendala besar untuk dapat melindungi anak-anak berkebutuhan khusus.
Terlebih, saat ini dalam kondisi pandemi Covid-19 yang serba sulit.
Ia mengakui, dalam melakukan perlindungan kepada anak berkebutuhan khusus, pemerintah mengalami kendala.
Namun, kendala lainnya juga datang dari para orangtua anak itu sendiri, salah satunya adalah mereka yang merasa malu.
Ia pun berharap para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak merasa malu agar mereka bisa diakses dan dilindungi.
Rasa malu dari para orangtua ini merupakan kendala lainnya yang sudah berlangsung cukup lama dan tidak menunjukkan tanda kemajuan.
Meskipun, beberapa provinsi di Jawa, Bali, dan Lampung mulai menunjukkan adanya penurunan jumlah orangtua yang malu memiliki anak berkebutuhan khusus.
"Tapi belum berarti habis. Di negara-negara maju tidak ada rasa malu. Anak berkebutuhan khusus bisa diakses sehingga kebutuhan-kebutuhan anak itu bisa terpenuhi," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/29/11513621/mayoritas-pendidikan-orangtua-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia-tak