Hal tersebut disampaikan Ma'ruf saat memberikan sambutan saat wisuda Universitas Terbuka tahun akademik 2019-2020 secara daring, Selasa (21/7/2020).
Ia mengatakan, prioritas utama pemerintah saat ini dalam menghadapi tantangan global adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
SDM unggul tersebut merupakan kunci untuk memenangkan persaingan global.
"Salah satu kriteria SDM unggul adalah tingkat produktivitas. Sayangnya ketika kita berbicara produktivitas, khususnya produktivitas tenaga kerja, kita bukan yang terbaik di ASEAN," ujar Ma'ruf.
Ia mengatakan, berdasarkan data Asian Productivity Organization (APO) yang diterbitkan dalam APO Productivity Data Book 2019, posisi produktivitas per pekerja Indonesia berada pada peringkat 5 dari 10 negara ASEAN.
Produktivitas per pekerja Indonesia berkisar di angka 26.000 USD, yang hanya seperlima dari Singapura.
Singapura sendiri berada di peringkat pertama dengan produktivitas per pekerja sebesar 142.300 USD.
"Kita juga masih terpaut jauh dari Malaysia dengan produktivitas per pekerja sebesar 60.000 USD," kata dia.
"Dari data tersebut kita harus mengakui, upaya meningkatkan kapasitas SDM agar dapat berkompetisi global masih harus dipacu," lanjut Ma'ruf.
Saat ini, kata dia, jumlah penduduk Indonesia yang berkesempatan melanjutkan pendidikan tinggi masih terbatas.
Dari 126,57 juta penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Agustus 2019, hanya sekitar 12,27 juta atau 9,7 persen yang dapat menikmati pendidikan tinggi dan merupakan lulusan universitas.
Kondisi tersebut, katanya, menjadi tantangan besar Indonesia dalam meningkatkan kapasitas SDM.
"Pengembangan SDM unggul dimulai dari lingkungan pendidikan termasuk Universitas Terbuka. Dalam mengembangkannya, sebuah lembaga pendidikan tidak cukup mengandalkan pembelajaran teoritis semata, tapi juga harus menangkap berbagai dinamika dan menjadi katalisator peningkatan kapasitas masyarakat," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/21/10285421/wapres-indonesia-bukan-negara-terbaik-di-asean-dalam-produktivitas-tenaga