Hal pertama, kata dia adalah, dengan menyebarkan berita atau informasi yang akurat dan tidak membingungkan.
"Kita harus mengatasi bias, meluruskan komunikasi risiko memang mau tidak mau memang kuncinya ada di fakta, informasi yang akurat dan tidak membingungkan," kata Dicky dalam diskusi online bertajuk 'Melawan Stigma, Memutus Corona', Kamis (9/7/2020).
Hal selanjutnya, dalam menyampaikan fakta akurat juga diperlukan pelibatan tokoh-tokoh yang berpengaruh di masyarakat.
Komunikasi yang digunakan juga harus berbasis keragaman sehingga lebih mudah lagi diterima masyarakat.
"Komunikasi yang peka terhadap keragaman, karena kita tau indonesia bukan hanya Jawa, bukan hanya berkomunikasi dengan kelas menengah," ujarnya.
Hal keempat, tidak lupa sering ceritakan kisah mereka yang menjadi korban stigma. Kemudian, segera mereka koreksi pemberitaan atau infomasi yang tidak benar.
Terakhir adalah, dukungan dari komunitas dan solidaritas antar sesama bisa menjadi salah satu kunci kesuksesan melawan stigma apabila kelima hal tersebut tidak berhasil.
Diketahui, di Indonesia, jumlah pasien positif Covid-19 kian meningkat dari hari ke hari. Hingga 9 Juli 2020, jumlah kasus Covid-19 sudah mencapai 70.736 kasus.
Penambahan jumlah pasien Covid-19 inilah yang pada akhirnya memunculkan kecemasan di masyarakat.
Hal itu juga memunculkan berbagai stigma negatif masyarakat pada pasien maupun orang-orang dengan risiko tinggi terpapar Covid-19, seperti pada profesi dokter, perawat, dan pengemudi ojek online.
Stigma sendiri didefinisikan pada penilaian lingkungan kepada suatu individu atau kelompok tertentu. Penilaian yang diberikan seringkali merupakan penilaian negatif.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/09/20583001/enam-hal-ini-bisa-bantu-perbaiki-stigma-negatif-terkait-covid-19