Hal tersebut disampaikan Yurianto dalam konferensi pers di BNPB, Selasa (23/6/2020).
Dari penambahan kasus positif terkonfirmasi Covid-19 sejak Senin (22/6/2020) pukul 12.00 WIB hingga Selasa (23/6/2020) pukul 12.00 WIB, kata dia, sebagian besar didapatkan dari hasil contact tracing agresif dan pemeriksaan tes masif.
"Ini penting terutama untuk daerah-daerah yang masih menunjukkan penambahan kasus yang cukup tinggi atau rata-rata kasus per 100.000 penduduknya masih tinggi," kata Yurianto.
Maka, kata dia, menjadi sangat penting bagi daerah-daerah dengan kondisi tersebut untuk melakukan kontak tracing dan tes masif.
Dari waktu pengumpulan data yang sama, kata dia, pemeriksaan spesimen baik dengan tes cepat molekuler (TCM) maupun polymerase chain reaction (PCR) ada sebanyak 17.908 spesimen.
Penambahan jumlah tersebut menambah jumlah spesimen yang telah diperiksa sejauh ini sebanyak 668.219 spesimen.
Pemeriksaan sejumlah tersebut menghasilkan penambahan sebanyak 1.051 kasus terkonfirmasi positif sehingga totalnya mencapai 47.896 orang.
Dari jumlah tersebut juga ditemukan penambahan kasus sembuh sebanyak 506 orang sehingga total pasien sembuh menjadi 19.241 orang.
Sementara itu, jumlah pasien meninggal dunia bertambah menjadi 2.535 orang, dengan penambahan 35 orang.
"Menjaga jarak adalah kunci. Beberapa kebijakan yang telah diberikan pemerintah terkait pembatasan kapasitas kendaraan umum juga menjadi latar belakang agar jaga jarak msh bisa kita terapkan," kata dia.
Salah satunya pemerintah telah menetapkan pembagian dua waktu secara bergantian di wilayah Jabodetabek untuk masyarakat bisa bekerja sehari-hari.
Gelombang satu dilaksanakan pada pukul 07.00-07.20 WIB dan gelombang dua dilaksanakan pada pukul 10.00-10.30 WIB dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/23/18150651/daerah-dengan-kasus-covid-19-tinggi-harus-agresif-contact-tracing-dan-tes
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.