JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IX Melki Laka Lena meminta pemerintah tidak hanya memberikan insentif kepada para tenaga medis seperti dokter dan perawat.
Namun, pemerintah juga harus memperhatikan keselamatan tenaga medis dalam menangani wabah virus corona dengan memenuhi ketersediaan alat pelindung diri (APD).
"Tak hanya insentif, tapi ke depannya harus ada perhatian, salah satu kebutuhan mendesak daripada tenaga medis kita ini dokter dan perawat ini adalah alat pelindung diri," ujar Melki saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/3/2020).
Melki mengatakan, pemerintah harus mempercepat distribusi alat pelindungan diri (APD) untuk tenaga medis ke rumah sakit yang menjadi rujukan pasien covid-19.
Pemerintah dapat memanfaatkan hubungan baik dengan negara-negara lain untuk mendapatkan stok APD yang tengah diperebutkan 180 negara terdampak virus corona.
"Kami berharap pemerintah pusat kemudian teman-teman swasta untuk barang itu (APD) kan ada dari China, Korea Selatan dan India. Selagi punya hubungan baik dengan negara-negara tersebut, kami mendorong dengan sangat agar mereka bekerja keras untuk pengadaan, sehingga barang ini bisa sampai ke Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut, Melki juga meminta, jajaran direksi rumah sakit mempersiapkan para tenaga medis yang sehat secara fisik dan psikis untuk menangani pasien Covid-19.
Ia mengimbau, direksi rumah sakit untuk tidak memaksa para tenaga medis untuk menangani pasien Covid-19.
"Jangan memaksa dan mendorong orang yang tidak siap secara psikis dan kondisi fisiknya enggak bagus, lebih baik istirahat. Karena imun yang lemah pasti kena (Covid-19), jadi saya anjurkan screening tenaga medis yang siap ke lapangan agar betul-betul dilakukan dengan baik oleh direksi RS," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengumumkan, enam dokter yang bertugas menangani wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia meninggal dunia.
Lima orang dokter di antaranya diduga meninggal dunia akibat terjangkit virus corona.
Adapun seorang dokter lainnya meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan demi menghadapi virus corona.
"Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia berduka cita amat dalam atas wafatnya sejawat-sejawat anggota IDI sebagai korban pandemi Covid-19," demikian dilansir Kompas.com dari akun resmi Instagram PB IDI @ikatandokterindonesia, Senin (23/3/2020).
Lima dokter yang diduga meninggal akibat terjangkit Covid-19, yakni dokter Hadio Ali SpS, dokter Djoko Judodjoko SpB, dokter Laurentius P SpKj, dokter Adi Mirsa Putra Sp THT, dan dokter Ucok Martin SpP.
Adapun dokter Toni D Silitonga bukan meninggal akibat terpapar Covid-19.
Dokter yang menjabat sebagai Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bandung Barat itu meninggal akibat kelelahan serta serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan agar sigap dari ancaman virus corona dan edukasi masyarakat agar terhindar dari Covid-19.
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/23/19321471/6-dokter-meninggal-pemerintah-diminta-percepat-distribusi-apd-bagi-tenaga