Kepulangan WNI dari daerah pusat penyebaran virus corona itu tak lepas dari sosok Captain Destyo Usodo.
Ia merupakan salah satu dari 18 awak pesawat Batik Air yang berhasil membawa pulang para WNI ke Indonesia.
Pria kelahiran Jayapura, 24 Desember 1974 itu mengaku kaget ketika pimpinan di perusahaannya memberikan tugas pemulangan WNI dari Wuhan.
Ia menyadari bahwa pemulangan WNI itu bukanlah tugas biasa. Saat namanya masuk dalam tim penjemputan, sontak dirinya langsung dibayangi rasa takut terpapar virus corona.
"Saya pikir misi normal, ternyata misi kemanusiaan, ini misi khusus membawa pulang WNI yang ada di Wuhan," ujar Destyo kepada Kompas.com di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Ketakutan Destyo berlahan pudar setelah manajemen meyakinkan bahwa tugas tersebut merupakan misi kemanusiaan. Terlebih, ia juga dibekali dengan mitigasi apabila kondisi terburuk terjadi.
Dengan kondisi mental penuh rasa bangga, Destyo lalu menerbangkan pesawat Batik Air A330-300 dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pukul 13.00 WIB, Sabtu (1/2/2020) menuju Bandara Internasional Tianhe, Wuhan.
Selama dalam penerbangan menuju Negeri Tirai Bambu, Destyo terus intens berkoordinasi dengan TNI AU dan pihak manajemen perusahaannya.
Selama di perjalanan, ia mendapat kontrol ketat demi misi kemanusiaan berjalan sukses.
Setibanya di Bandara Internasional Tianhe, ia terperangah. Sebab, kondisi bandara tersebut di luar dugaannya. Bandara dalam kondisi sepi.
Tak banyak lalu-lalang orang kendati gemerlap lampu mewarnai bandara saat itu.
Setelah memastikan pesawat berhasil landing, dua krunya kemudian turun dari pesawat.
Mereka melakukan disinfeksi pesawat dan mengecek sejumlah peralatan sembari menunggu boarding selama delapan jam.
Kemudian, ketika boarding selesai, para WNI mulai memasuki pesawat. Sembari berjalan memasuki pesawat, para kru memberikan semangat kepada WNI.
"Salah satu komunikasi yang hanya bisa dilakukan adalah melalui kertas, tulisannya, 'ayo mulih rek (ayo pulang teman), we love you, terus ada tulisan China," tutur suami Deyna Lidyasari itu.
Pesawat kemudian pun mengangkut dan membawa para WNI pulang ke Indonesia. Rombongan tiba di Bandara Hang Nadim, Batim, pada pukul 08.45 WIB, Minggu (2/2/2020).
Mereka kemudian bergegas menuju Natuna untuk menjalani observasi selama 14 hari. Para rombongan kemudian dapat kembali ke masing-masing daerahnya pada Sabtu (15/2/2020). Kepulangan mereka pun disambur suka cita Destyo dan 17 awak lainnya.
Misi ketiga
Destyo menuturkan, misi kemanusiaan tersebut merupakan kali ketiga diembannya.
Sebelumnya, ia juga pernah menjalankan misi ketika Timor Leste resmi berpisah dengan Indonesia pada 1999 dan peristiwa kerusuhan Ambon pada periode 1999-2001.
"(Misi ke Wuhan) ini yang paling spesial, sih. Karena ini masuk ke area episentrum, lock down yang sangat berbahaya, ini yang menurut saya pengalaman yang paling berkesan," kata dia.
Ia menambahkan, apabila kembali diamanahkan mengemban misi kemanusiaan, ia secara tegas siap kembali bergegas.
"Siap," tegas dia dengan penuh percaya diri.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/18/18354961/kisah-pilot-batik-air-penjemput-wni-dari-wuhan-sudah-3-kali-jalani-misi