Salin Artikel

54 Hoaks Penularan Virus Corona dan Lambatnya Antisipasi Pemerintah

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan hingga saat ini belum ada kasus penularan virus corona di Indonesia.

Kesimpulan tersebut berdasarkan observasi terhadap laporan dugaan kasus penularan yang disampaikan beberapa rumah sakit.

"Di Indonesia hingga kini belum ditemukan kasus terinformasi (penularan) virus corona," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawat dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).

Menurut Kemenkes, sudah ada 34 spesimen (sampel) observasi yang dikirim dari 22 rumah sakit.

Hasilnya, ke-34 spesimen itu dinyatakan negatif dari penularan virus corona.

Meski demikian, kabar hoaks perihal penularan virus corona di Indonesia telah menyebar di masyarakat.

Hal ini diakui oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate.

Menurut Johnny, hoaks seputar penularan virus corona ini memberikan dampak negatif, salah satunya mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap 238 warga yang dikarantina di Natuna.

54 informasi hoaks soal corona

Johnny mengatakan, ada 53 hoaks soal penularan virus corona di Indonesia selama sepekan terkahir.

Menurut dia, seluruh kabar hoaks itu terpantau terjadi sejak Kamis (23/1/2020) hingga Senin (3/2/2020) atau hari ini.

Kemudian, ada satu informasi hoaks yang tersebar pada 5 Mei 2019 lalu yang menyebut kurma harus dicuci bersih karena mengandung virus corona.

"Kami melalui cyber drone Kemenkominfo mencatat, terdapat 54 percakapan atau isu hoaks dan disinformasi," ujar Johnny dalam konferensi pers di Kantor Kemenkominfo, Senin (3/2/2020). 

Johnny lantas mencontohkan sejumlah informasi hoaks yang tersebar itu.

Pertama, soal China yang diam-diam melakukan kremasi korban yang tertular virus corona. Kedua, melakukan wudu bisa menghancurkan virus corona.

Ketiga, informasi yang mengungkapkan ada dua orang penumpang Lion Air yang meninggal karena virus corona. Keempat, ada kabar yang menyebut virus corona sudah masuk lewat Pekanbaru, Riau.

"Itu semua tidak benar. Itu disinformasi," ucap Johnny.

Dia pun menyebut, kondisi Indonesia saat ini masih aman dari penularan virus corona.

"Negara kita masih aman ya. Kita melakukan pencegahan di semua pintu masuk dan dilakukan secara terkoordinasi oleh pemerintah," ucap Johnny.

Hoaks menyebar lewat WhatsApp messenger

Johnny mengungkapkan informasi hoaks itu lebih banyak tersebar melalui aplikasi pesan WhatsApp.

"Penyebaran yang paling besar melalui WhatsApp, diteruskan, diteruskan. Itu seperti deret ukur dan bisa menjangkau banyak sekali masyarakat," ujar Johnny.

Dia mengatakan, berdasarkan daya sebarnya, informasi hoaks itu dapat mempengaruhi pengguna dunia maya dalam jumlah jutaan.

"Bisa jutaan orang yang mengikuti ini dan terpengaruh atau dapat informasi yang salah atau bahkan hoaksnya, informasi yang bohong. Itu merugikan kita," tegas Johnny.

Informasi pemerintah kalah cepat dibandingkan hoaks

Dalam kesempatan yang sama Johnny menampik anggapan, pemerintah terlambat memberikan informasi kepada masyarakat Natuna terkait rencana karantina warga yang baru dipulangkan dari Wuhan, China.

Johnny menyebut, informasi hoaks lebih dulu bergerak dibandingkan informasi dari pemerintah.

"Tidak terlambat. Yang terlebih dulu bergerak itu adalah hoaksnya. Bukan informasi yang terlambat, informasi itu cepat tindakannya. Yang lebih cepat lagi itu adalah hoaksnya yang berjalan," ujar Johnny.

Ia mengatakan, proses pengambilan keputusan dari evakuasi 238 warga hingga penempatan mereka untuk dikarantina di Natuna berlangsung serba cepat.

Sehingga, informasi belum disampaikan secara maksimal.

Lebih lanjut dia menyebut, sikap masyarakat Natuna yang semula menolak karantina 238 warga itu lebih karena sikap berhati-hati.

"Itu sebetulnya karena kehatian-hatian masyarakat lokal yang belum mendapat informasi dengan lengkap, langkah-langkah tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah. Kita memaklumi bahwa memang ada kekhawatiran itu," jelas Johnny.

Johnny mengatakan pemerintah akan mengambil langkah antisipasi informasi hoaks lewat SMS blast.

Pemerintah akui kurang sosialisasi 

Johnny mengatakan, evakuasi 238 warga dari Wuhan, China berlangsung serba cepat.

Kondisi itu diakuinya sebagai kendala untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar.

"Memang langkah memindahkan WNI dari Wuhan ke Indonesia itu berlangsung dengan cepat prosesnya," ujar Johnny.

Dia pun mengatakan, persiapan pemulangan itu begitu mendadak dan membutuhkan langkah diplomasi dengan Pemerintah China.

"Semuanya karena membutuhkan komunikasi yang diplomasi dengan Pemerintah China yang mengakibatkan tentu belum sempat ini disosialisasikan, pesawat sudah datang," ujar Johnny.

Dengan demikian, pemerintah daerah tidak mendapatkan informasi perihal evakuasi di Natuna ini.

Namun, Johnny mengatakan, komunikasi dengan Pemda Natuna sudah terjalin.

"Per hari ini saya kira pemerintah daerah baik ke pemda maupun DPR-nya sudah mengetahui akan pentingnya pemilihan lokasi Natuna sebagai tempat yang sangat cocok untuk observasi (para WNI)," tutur Johnny.

Menurut dia masyarakat daerah tidak lagi menolak keberadaan 238 warga yang dikarantina di sana.

"Harapannya dengan informasi yang disampaikan ini justru menjadi lebih berkurang karena kita memang ini jangan menyebar dan mengakibatkan masalah baru yang tidak perlu. Ini pencegahan jangan sampai virusnya masuk di Indonesia itu intinya," ucap Johnny.

https://nasional.kompas.com/read/2020/02/04/07221301/54-hoaks-penularan-virus-corona-dan-lambatnya-antisipasi-pemerintah

Terkini Lainnya

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke