Salin Artikel

Islam yang Damai

Luka Wiranto membuat para pejabat negeri ini, terutama para menteri, ketakutan luar biasa atas dua serangan sekaligus.

Pertama, serangan fisik dari kelompok intoleran, yang bisa datang kapan saja dan di mana pun.

Kedua, serangan jantung, menunggu pengumuman kabinet setalah Presiden dan Wakil Presiden dilantik. Siapa tahu, nama mereka tidak lagi tercantum sebagai anggota kabinet untuk periode mendatang.

Apa yang terjadi pada diri Wiranto, adalah maklumat jelas bahwa gerakan kelompok intoleran di negeri kita, adalah clear and present danger. Bukan sekedar wacana, apalagi hoaks.

Pemerintah sendiri sudah menyatakan bahwa gerakan ini, sudah menyusup jauh ke dalam struktur pemerintahan, termasuk dalam tubuh militer dan polisi. Berbagi modus dan metode yang mereka pakai untuk menggaet pengikut sebanyak-banyaknya.

Saya sangat percaya itu.

Lalu, saya pun teringat ketika saya menjadi Dubes di Rusia dan Belarusia. Seorang asisten Atase Pertahanan, berpangkat kolonel, bisa tiba-tiba berubah, baik dalam hal cara berpikir, maupun perilaku.

Sang kolonel tiba-tiba mengenakan pakaian Arab (gamis) lengkap dengan sorbannya ke kantor setiap hari Jumat. Ia pun sangat tidak menolerir bila tamu atau orang lain baca khotbah di Kedutaan pada saat sholat Jumat. Semuanya harus melewati diri dan persetujuannya.

Kolonel kita yang satu ini, sangat radikal dalam berceramah. Ia menyalahkan semua orang, kecuali dirinya sendiri. Orang lain seolah tidak memiliki kemungkinan masuk surga, bila tidak mengikuti pola pikir dan tata caranya beribadah.

Melihat perilakunya yang berubah tersebut, saya mencoba menggeledah biang soalnya. Ternyata, ia belajar Islam melalui internet. Dan ajaran Islam yang didapatkannya itu, adalah ajaran Islam yang datang dari sudut pandang radikal, yang tidak bisa toleran dengan keberadaan pendapat dan tatacara ibadah orang Islam lainnya.

Berapa banyak anggota TNI dan Polri yang berjalan seiring dengan Kolonel kita tersebut?

Maka, apa yang dilakukan oleh pimpinan Angkatan Darat kita yang mencopot anggotanya karena isteri mereka dinilai melanggar ketentuan yang ada, dalam kaitan dengan penusukan Wiranto tersebut, patut diacungi jempol. Ini adalah pesan yang jelas bahwa TNI masih tegak dengan prinsip utamanya, tidak menolerir faham radikal yang menegasi orang atau kelompok lain.

Lantas apa yang harus diperbuat?

Memang tidak gampang menjawabnya. Tapi kita bisa memulai dengan cara, semua organisasi kemasyarakatan agama, menyatukan tekad dan ihtiarnya untuk berdakwah kepada umat, membuatkan peta jalan dan cara berpikir bahwa ajaran Islam itu sungguh-sungguh adalah ajaran damai dan penuh kebajikan. Bukan ajaran yang menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan.

Bila aliran intoleran ini menyebarkan dan menyuburkan ajaranannya melalui media dunia maya, para ustaz kita yang tidak sealiran dengan itu, perlu juga melakukan hal yang sama. Ustaz kita harus melek digital.

Umat ini perlu diyakinkan bahwa cara-cara kekerasan adalah cara-cara yang tidak diperkenankan oleh Islam. Membunuh seekor lalat saja dilarang oleh Nabi Muhammad. Apalagi nyawa manusia.

Umat ini perlu disegarkan ulang dan ulang, perbedaan dalam Islam selalu dihargai. Kemajemukan dalam berbagai hal, termasuk dalam hal aqidah, sah adanya. Apalagi dalam konteks serumpun aqidah.

Ketika Nabi Muhammad hendak memasuki kota Mekkah, seusai melakukan hijrah di kota Madinah, seorang sahabat menasehatinya agar ia jangan dulu masuk kota Mekkah sebab masih banyak kaum non-Muslim. Mereka harus dibersihkan dulu sebelum Nabi memasuki kota Mekkah.

Nabi justeru melarang para sahabat mengusir kaum non-Muslim tersebut. Justru Islam harus melindungi mereka, kata Nabi Muhammad. Biarkanlah mereka berada di kota Mekkah, lanjut Nabi Muhammad lagi.

Betapa elok ahlak Nabi Muhammad, yang menjadi panutan semua orang Islam. Betapa damai dan tolerannya Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Ia mengajarkan dan menyebarkan agama Islam tanpa mengayun kapak kemarahan. Ia berdakwah dengan kesejukan, bukan dengan kemurkaan. Islam adalah Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Ketika itu, putri saya, Virginia, masih berusia sekitar 12 tahun. Ia diundang oleh temannya untuk ikut pengajian. Ustaz yang menjadi pembiacara di acara itu, berpidato memaksakan kehendak dan menyalahkan orang lain. Sang ustaz mengklaim kebenaran sebagai miliknya semata, dan menutup pintu kebenaran orang lain.

Merasa bertentangan dengan pengetahuan dan praktek keagamaan yang dijalankannya sejak kecil, Virginia mungil langsung mengangkat tangan, ingin bicara. Ia memprotes Pak Ustaz yang tidak memberi jalan orang lain untuk benar dan masuk surga. Virginia juga protes metode Pak Ustaz yang meledak dan penuh intimidasi.

Islam adalah agama yang mengutamakan kedamaian. Bukan permusuhan. Bukan menyebarkan kebencian. Tidak mengumbar angkara murka.

Lebih lanjut, Virginia menegaskan, orang Islam itu wajib sholat lima kali sehari semalam. Artinya, orang Islam yang benar, minimal 10 kali mengucapkan salam damai dalam 24 jam. Tiap sholat, wajib hukumnya mengucapkan sekali salam ke kiri dan sekali ke kanan di ahir sholat. Dua kali lima, ya sepuluh kali, kata Virginia.

Bila Virginia yang masih belia itu protes mengenai pemahaman dan prinsip Pak Ustaz yang menceramahinya, tentu banyak Virginia lain memiliki prinsip yang sama dengan dirinya.

https://nasional.kompas.com/read/2019/10/18/13052221/islam-yang-damai

Terkini Lainnya

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke