Berdasarkan data pihak TNI, belasan orang menjadi korban jiwa dan puluhan lainnya luka-luka akibat peristiwa tersebut. Sejumlah bangunan pun menjadi sasaran amukan massa.
Sejauh ini, polisi mendeteksi bahwa pemicu kerusuhan tersebut diduga berita bohong atau hoaks.
Berikut fakta lengkap terkait peristiwa tersebut seperti dirangkum Kompas.com:
1. Diduga dipicu hoaks
Kepolisian RI menduga bahwa hoaks terkait rasisme menjadi pemicu terjadinya kerusuhan di Wamena.
"Boleh dikatakan sebaran berita hoaks tersebut lah yang memicu kejadian-kejadian yang ada di sana. Saat ini sedang ditangani," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Divisi Polri, Jakarta Selatan, Senin (23/9/2019).
Hoaks yang dimaksud yaitu perkataan bernada rasis yang dilontarkan seorang guru.
2. 16 warga tewas
Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto mengungkapkan, terdapat 16 orang warga sipil yang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka akibat kerusuhan.
"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Namun, Candra belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab korban tewas.
3. 1.500 pengungsi
Selain mengakibatkan jatuhnya korban, kerusuhan tersebut membuat ribuan orang mengungsi.
"Saat ini ada 1.500 orang. Kondisi pengungsi sehat, mereka mengamankan diri," ujar Candra.
Salah satu titik pengungsian terbanyak yakni di Markas Kodim 1702 Jayawijaya.
Aparat pun membangun dapur lapangan untuk memberi makan seadanya kepada para pengungsi.
4. Bangunan rusak
Berdasarkan laporan dari kontributor Kompas.com di Kota Wamena, John Roy Purba, Kantor Bupati Jayawijaya yang berada di Jalan Yos Sudarso itu dibakar oleh massa demonstran yang bertindak anarkistis.
"Dalam pantauan kami, seluruh bangunan kantor bupati Jayawijaya hangus dibakar massa," kata John, Senin.
Massa juga membakar rumah-rumah di jalan Homhom, Kota Wamena. Sebuah supermarket juga menjadi sasaran amuk massa.
Bahkan, sejumlah pegawai supermarket tersebut harus loncat dari lantai dua setelah tempat bekerja mereka dibakar.
5. Diduga disusupi KNPB
Candra menduga, demo anarkis di Wamena disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
“Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA. Tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana. Dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ujar Candra, Senin tengah malam waktu Papua.
6. Polisi dalami akun penyebar hoaks
Dedi mengatakan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri sedang mendalami akun penyebar hoaks yang diduga menjadi pemicu kerusuhan.
"Yang mereka kembangkan isu yang sensitif di sana adalah tentang rasis. Dengan penyebar hoaksnya juga sedang didalami juga akun-akunnya oleh Direktorat Siber Bareskrim," kata Dedi.
7. Kedepankan "soft approach"
Dedi menuturkan bahwa aparat keamanan melakukan pendekatan lunak atau soft approach kepada masyarakat.
Aparat bersama dengan pemerintah daerah setempat, tokoh adat, tokoh agama, mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi hoaks.
"Selalu kita himbau dengan pendekatan soft approach, dengan menggunakan tokoh gereja, tokoh agama, kemudian para tokoh adat yang ada di sana termasuk pemda, untuk tidak terprovokasi sebaran-sebaran berita hoaks," ujar Dedi.
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/24/07252481/7-fakta-rusuh-di-wamena-hoaks-korban-jiwa-hingga-dugaan-disusupi-knpb