Hal itu diungkapkan sekretaris pribadi Habibie, Rubijanto, selepas acara tahlinan di kediaman Habibie, Kamis (12/9/2019) malam kemarin.
Rubijanto mengatakan, Habibie sempat meminta Rubi membawakan telepon genggam miliknya meski Habibie telah terbaring di rumah sakit.
"Sebelum beliau dipanggil, masih minta handphone bahwasannya mengatakan 'Rubi, saya bisa gila nih karena saya harus berinteraksi dengan dunia luar'," kata Rubi menirukan ucapan Habibie.
Tak hanya telepon genggam, eks Menteri Riset dan Teknologi itu juga meminta dibawakan laptop. Alasannya, Habibie ingin membaca dan membalas surat elektronik dan pesan WhatsApp yang ia terima.
"Berapa WA masuk ke saya harus balasnya dan harus saya jawab. Berapa email ke saya, saya harus buka dan saya harus jawab," kata Rubi kembali meniru ucapan Habibie.
"Beliau masih berpikir kepada kepentingan nasional dan kepentingan internasional," ujar Rubi menambahkan.
Rubi menuturkan, Habibie di akhir hayatnya pun tetap menjadi seorang Habibie yang enerjik dan penuh semangat.
"Beliau mengatakan, "saya ini sakit ya badan saya sakit tai otak saya tidak sakit"," kata Rubi.
Melihat semangat yang ditunjukkan Habibie, Rubi mengaku kagum dengan sosok Habibie. Ia menyebut, Habibie masih terus memikirkan masa deoan Indonesia hingga akhir hayatnya.
"Bapak masih setiap hari berpikir untuk wawasan bangsa indonesia ini. Jadi beliau sangat-sangat care dengan anak cucu intelektual, beliau sebut selalu anak cucu intelektual," tutup Rubi.
Diberitakan sebelumnya, Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu (11/9/2019) lalu pukul 18.05 WIB.
Menurut pihak keluarga, Habibie meninggal dunia karena sudah berusia tua sehingga sejumlah organ dalam tubuhnya mengalami degenerasi. Salah satunya adalah jantung.
Jenazah Habibie telah dikebumikan di samping makam istrinya, Ainun Habibie, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis kemarin.
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/13/05464721/habibie-yang-tak-mau-lepas-dari-ponsel-dan-laptop-meski-sakit