JAKARTA, KOMPAS.com - Memiliki anak yang menjadi anggota paskibraka nasional merupakan kebanggan bagi orangtua.
Jarak yang jauh dan biaya tiket yang mahal tak menyurutkan mereka untuk menyaksikan anaknya berbaris dalam pasukan pengibar bendera pusaka di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).
Hal itulah yang dirasakan oleh pasangan suami istri Rudolf Yan Karubaba dan Hermelina Rumbiat.
Demi menyaksikan putranya, Menno Asyopan Waray Karubaba berbaris di Istana, mereka rela datang jauh-jauh dari Manokwari, Papua Barat.
Keduanya berpisah dari Menno sejak 24 Juli. Saat itu, Menno sudah harus mengikuti karantina dan pelatihan paskibraka nasional di Jakarta.
"Mereka kan tanggal 25 (Juli) masuk ke Bumi Perkemahan Cibubur. Kami tidak ada komunikasi dengan dia. Itu yang membuat kami ingin susul. Jadi, selayaknya (rasa sayang) orangtua kepada anak. Kami harus susul ke sini (Istana), harus lihat dia," ujar Rudolf, di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu.
Rudolf mengungkapkan, datang ke Jakarta dengan merogoh kocek sendiri. Ia bersama istri dan anak bungsunya berangkat ke Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Ia merogoh kocek Rp 2,9 juta untuk tiket tiga orang ke Jakarta dari Manokwari.
Namun, semuanya terbayar begitu melihat anaknya berada dalam barisan paskibraka nasional.
Mereka yang sehari-hari bekerja sebagai ASN di Manokwari merasa bangga. Menno bertugas sebagai tim putih yang menurunkan bendera pusaka usai dikibarkan.
Sang ibu, Hermelina, tak menyangka anaknya bisa lolos seleksi paskibraka nasional, lantaran seleksinya berat.
Ia mengungkapkan, Menno mengikuti ekstra kurikuler paskibra di sekolahnya, SMAN 1 Manokwari.
"Ke depan kami berharap anak kami mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Apalagi, ini juga mewakili masyarakat Papua," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/17/21402601/cerita-orangtua-anggota-paskibraka-dari-manokwari-susul-anak-ke-jakarta