Keinginan masyarakat itu adalah agar pemerintah menarik pasukan TNI-Polri dari kampung mereka.
Sebab, walaupun penempatan pasukan aparat keamanan itu semula dikatakan sebagai operasi pengamanan, tapi yang terjadi justru seperti operasi militer.
"Apa yang diinginkan masyarakat? Setiap kali bertemu mereka, kami membawa tamu atau rombongan dari gereja-gereja mereka hanya meminta, 'Kalau kami mau kembali ke kampung, satu orang TNI pun jangan ada di sana," ujar Jhon saat penyampaian laporan Tim Kemanusiaan Kabupaten Nduga di Kantor Amnesty Internasional, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019).
Ia mengatakan, warga menganggap TNI yang ditugaskan ke Papua tidak terlalu memahami budaya lokal.
Tidak hanya itu, dari beberapa korban yang berjatuhan juga dikarenakan mereka mendapat kekerasan fisik dari aparat.
Menurut Pater John, bentuk kekerasan itu seperti ditembak, dipukuli, dianiaya,
Dari laporan tersebut, aparat juga disebutkan telah membakar beberapa fasilitas masyarakat, salah satunya adalah sekolah.
Adapun konflik di Kabupaten Nduga berawal dari pembantaian terhadal karyawan PT Istaka Karya pada 2 Deaember 2018 di Gunung Kabo.
Sampai saat ini, situasi Nduga tidak aman dan telah memakan korban jiwa yang cukup banyak.
Konflik yang terjadi adalah antara personel TNI-Polri dengan kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Hal ini membuat masyarakat Nduga sendiri menjadi korban.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/14/17371431/lelah-hadapi-konflik-ini-keinginan-masyarakat-kabupaten-nduga