Salin Artikel

Membaca Sinyal Demokrat dan PAN untuk Koalisi Jokowi...

KOMPAS.com – Pasca-Pemilihan Presiden 2019, dua partai yang tergabung dalam koalisi pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, memberikan sinyal akan "pindah gerbong".

Dua parpol tersebut adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat.

Secara eksplisit bahkan ada juga yang secara terang-terangan, petinggi kedua partai ini telah memberi isyarat akan hengkang dari Koalisi Prabowo-Sandi dan bergabung dengan koalisi Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Sinyal pindah kubu

Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beberapa kali melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta.

Meski demikian, AHY tak secara gamblang menyebutkan bahwa partainya akan merapat ke kubu Jokowi.

Sementara itu, di internal PAN ada dua sinyal berbeda. Waketum PAN Bara Hasibuan menyebut besar kemungkinan partainya berpindah haluan demi masa depan partai 5 tahun ke depan.

Pernyataan berbeda disampaikan Sekjen PAN Eddy Soeparno yang mengatakan bahwa pernyataan Bara bersifat pribadi dan bukan mewakili partai.

Eddy tegas menyebut bahwa PAN tetap konsisten di barisan 02, setidaknya hingga proses sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi usai.

Tanggapan kubu Jokowi-Ma’ruf

Sekjen DPP Partai Nasdem yang merupakan salah satu parpol pendukung di Kubu Jokowi, Jhonny G Plate mengatakan, Demokrat dan PAN harus memiliki kejelasan sikap politik jika akan bergabung dalam koalisi.

Adanya perlawanan terhadap pemerintah di dalam kabinet dinilainya akan membuat pemerintahan tidak berjalan efektif.

“Jangan sampai membawa visi-misi baru yang tidak sejalan atau menabrak visi-misi Jokowi-Ma'ruf, itu tentu saja tidak bisa diterima,” kata Jhonny, Senin (10/6/2019).

Membaca sinyal

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) UI Aditya Perdana mengatakan, ada beberapa kemungkinan terkait sinyal akan merapatnya Demokrat dan PAN ke kubu Jokowi.

Ia menekankan, jika hal itu terjadi, ke depannya akan terjadi ketidakseimbangan poros pemerintah dan oposisi.

“Pemerintahan menjadi sangat-sangat kuat. Sementara kita butuh check and balances, salah satunya memperkuat oposisi. Oposisi paling tidak seimbang lah, atau punya posisi yang relatif hampir sama,” kata Adit saat dihubungi Rabu (12/6/2019) siang.

Partai politik yang berpindah koalisi juga dipandang Adit sebagai hal yang wajar dalam perpolitikan. Setiap partai akan berusaha mempertahankan "hidupnya" dengan menempuh jalan yang paling menguntungkan.

“Pada dasarnya setiap partai politik juga punya keinginan untuk bisa survive, dalam pengertian permasalah pembiayaan itu menjadi sangat penting bagi partai politik. Salah satu sumber yang paling mungkin mereka bisa dapat dengan mudah ya melalui proyek-proyek atau program yang ada di dalam pemerintahan,” papar Aditya.

Meski demikian, lanjut dia, hal yang perlu diperhatikan adalah kesamaan sikap dan pandangan politik atau ideologi dari partai-partai ini meskipun sudah bergabung di pemerintahan.

Secara pragmatis, partai-partai ini bisa saja ada di pemerintahan, tetapi tidak secara ideologi.

“Apa artinya bergabung di dalam pemerintah tetapi sikap dan posisi politiknya juga kadang-kadang berseberangan. Jadi partai politik yang bergabung enggak bisa dikontrol disiplin dalam koalisi,” ujar Adit.

Kondisi kedua koalisi

Saat ini, koalisi Prabowo-Sandi didukung oleh 4 partai yakni Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat.

Sementara, koalisi Jokowi-Ma’ruf mendapatkan sokongan dukungan dari PDI-P, Golkar, Nasdem, PPP, PBB, Hanura, dan PKPI.

Jika Demokrat dan PAN merapat ke kubu Jokowi, menurut Aditya, akan terjadi ketidakseimbangan posisi antar keduanya.

Oposisi semakin lemah ditinggalkan anggotanya, sementara pemerintah semakin kuat.

“Dalam konteks pembuatan kebijakan memang sangat mengenakkan, menguntungkan. Pemerintah jadi enggak akan terlalu sulit membutuhkan dukungan dari parpol-parpol di parlemen,” kata Adit.

Sementara, efektivitas oposisi pada pemerintahan periode 2014-2019, menurut Adit, Gerindra dan Gerindra cukup total berperan sebagai penyeimbang pemerintahan.

Namun, hal ini belum tentu akan terulang di periode 5 tahun mendatang.

“Kalau dari pengalaman kemaren PKS sama Gerindra kan lumayan totalitasnya kelihatan. Tapi apakah itu bisa bertahan kembali atau apa, itu kita enggak tahu juga. Karena pasti akan ada banyak hal ya yang bisa mengubah,” kata dia.

https://nasional.kompas.com/read/2019/06/12/15455481/membaca-sinyal-demokrat-dan-pan-untuk-koalisi-jokowi

Terkini Lainnya

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke