Salin Artikel

20 Mei 1998, Saat Amien Rais Batalkan Acara di Monas untuk Hindari Korban Jiwa

Aksi demonstrasi yang semula hanya dilakukan di kampus kemudian mulai dilakukan di jalan. Berbagai aksi protes pun dihadapi aparat keamanan dengan kekerasan, yang bahkan menyebabkan timbulnya korban jiwa.

Di Yogyakarta, aksi protes yang ditangani aparat dengan kekerasan menyebabkan tewasnya mahasiswa bernama Moses Gatutkaca pada 8 Mei 1998.

Kekerasan kembali terjadi pada 12 Mei 1998 saat mahasiswa Universitas Trisakti mulai turun ke jalan, keluar kampus untuk menuju Gedung DPR/MPR. Saat itu, empat mahasiswa tewas setelah diterjang peluru tajam aparat keamanan.

Sementara itu, Soeharto yang baru saja pulang dari Mesir tak bisa berbuat banyak. Dalam acara KTT-G15, Soeharto menyampaikan kondisi perekonomian di Indonesia.

Namun, berita soal aksi mahasiswa lebih dominan daripada hasil dari acara tersebut. Aksi mahasiswa semakin besar untuk menuntut Soeharto mundur. The Smiling General itu terdesak.

Pada 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa yang tergabung dari puluhan perguruan tinggi mulai menguasai gedung DPR/MPR. Mereka mendesak pimpinan dewan untuk mengusulkan kepada MPR agar menyelenggarakan Sidang Istimewa dalam waktu sesegera mungkin dan menuntut Soeharto mundur.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 19 Mei 1998, suasana di DPR sangat ramai. Sejak pagi hari, secara bergelombang mahasiswa mendatangi gedung DPR dengan bus-bus maupun mobil pribadi.

Ketika itu terdapat sejumlah tokoh masyarakat yang dikenal vokal terhadap pemerintah, ikut berorasi di gedung DPR/MPR. Salah satunya adalah Amien Rais, yang saat itu merupakan Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Berbagai isu dan wacana berkembang saat Soeharto berusaha mempertahankan kekuasaannya. Saat itu, Soeharto memang merencanakan membentuk Komite Reformasi untuk mengawal dilakukannya pemilihan umum, sehingga dia dapat mundur dengan tenang.

Mahasiswa yang ingin Soeharto segera meletakkan jabatannya pun bereaksi. Mereka berencana akan melakukan long march dari Gedung DPR/MPR dan berkumpul di Monas.

Amien Rais merupakan salah satu tokoh dalam acara tersebut. Namun, menurut Amien, saat itu dia menerima telepon dari seorang petinggi TNI yang meminta acara itu dihentikan.

"Saya ditelepon dari Cilangkap (Mabes TNI). Saya betul-betul lupa namanya. 'Pak Amien Rais, saya Mayjen ini, jadi Pak Amien, tolong 20 Mei yang akan dijadikan syukuran reformasi di Monas, itu tolong dibatalkan'," kata Amien menirukan ucapan sosok misterius itu, dalam peringatan 20 Tahun Reformasi pada 21 Mei 2018.

Kepada Amien Rais, perwira TNI itu mengaku telah diminta untuk menghentikan aksi massa. Hal yang ditakutkan jika acara di Monas jadi dilakukan adalah berakibat fatal dan bisa membuat kekacauan.

Amien melanjutkan, tak tanggung-tanggung, jenderal itu mengatakan bahwa tentara tak segan menggunakan cara pembubaran massa seperti Peristiwa Tiananmen.

Dalam tragedi yang terjadi di China pada 1989 itu, demonstrasi mahasiswa dibubarkan oleh tentara hingga menyebabkan korban jiwa. Peristiwa itu menjadi dikenal dunia dengan foto ikonik mahasiswa yang mengadang tank.

Barikade berduri telah terpasang dengan baik. Pasukan Kopassus, Marinir, dan Kostrad juga menggelar puluhan tank dan panser, serta berbagai jenis senjata.

Bukan hanya kendaraan dan motor yang dilarang memasuki daerah terlarang itu, tetapi juga para pejalan kaki. Sebagian besar masyarakat menghentikan kegiatan bisnis dan kantornya sehingga banyak jalan lengang.

Setelah menerima telepon, Amien lantas menyampaikan informasi tersebut kepada para mahasiswa yang menguasai gedung DPR/MPR. Dia tak ingin terjadi pertumpahan darah.

Saat hari sudah berganti, sekitar pukul 02.00 WIB, 20 Mei 1998, Amien yang masih mengenakan sarung dan kemeja batik bergegas menuju Monas. Sesampainya di Monas ia melihat kawat berduri, para tentara, dan panser sudah berjejer memagari Monas.

Amien Rais lantas mendatangi sekumpulan tentara yang berjaga. Amien menanyakan apakah benar tentara akan membubarkan massa yang berkumpul pagi nanti.

"Saya mau tanya ke Anda semua, instruksinya apa?" tanya Amien.

"Pak Amien, kami belum ada instruksi. Tapi sudah disuruh berjaga di Monas ini. Semua pintu masuk ke Monas sudah dijaga dengan beberapa tank, panser, dan juga gulungan kawat berduri," ujar Amien menirukan jawaban tentara tersebut.

Akhirnya pukul 04.00 WIB, Amien dan sejumlah tokoh reformasi lainnya mengadakan konferensi pers. Mereka memindahkan lokasi demonstrasi ke gedung DPR/MPR, yang memang sudah dikuasai mahasiswa sejak 18 Mei 1998.

Demi menghindari korban jiwa, acara di Monas dibatalkan.

Imbauan Amien Rais berdampak positif terhadap situasi perpolitikan nasional. Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas pada 21 Mei 1998, imbauan itu juga menguatkan nilai tukar rupiah.

Rupiah ditutup pada posisi kurs Rp 11.000, menguat 1.300 poin dibanding Rp 12.300 pada penutupan sehari sebelumnya.

Selain itu, sikap Amien Rais itu didasari kondisi politik yang tak berpihak kepada Soeharto. Sebab, sejumah tokoh yang diminta Soeharto untuk duduk dalam Komite Reformasi menolaknya.

Mereka tak ingin terlibat dalam komite yang bertindak sebagai pemerintahan transisi selagi menunggu pemilu berikutnya untuk menggantikan Soeharto.

Karena desakan semakin kuat, pada 21 Mei 1998 Soeharto memutuskan mundur. Jenderal bintang lima itu akhirnya lengser keprabon.

Artikel tentang kejatuhan Soeharto dapat Anda baca dalam: VIK: Kejatuhan (daripada) Soeharto.

https://nasional.kompas.com/read/2019/05/20/17182551/20-mei-1998-saat-amien-rais-batalkan-acara-di-monas-untuk-hindari-korban

Terkini Lainnya

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke