Arya menjelaskan, pembagian peran tersebut bisa dilakukan pada zona kampanye rapat umum, segmentasi pemilih, dan isu publik.
"Saya kira cawapres bisa berbagi peran ya, pertama untuk zona kampanye karena daerah yang perlu dikunjungi luas, tidak bisa semua dijangkau cawapres. Kemudian kedua cawapres bisa fokus di segmentasi dan isu publik yang mereka kuasai," ujar Arya kepada Kompas.com, Jumat (22/3/2019).
Sebelumnya, Survei Litbang Kompas terbaru mengukur sejauh mana peran calon wakil presiden terhadap elektabilitas pasangan calon di Pemilihan Presiden 2019.
Hasilnya, cawapres nomor urut 02, Sandiaga, dianggap lebih berperan dalam mendongkrak elektabilitas ketimbang cawapres nomor urut 01 Ma'ruf.
Menurut Arya, Ma'ruf bisa mendongkrak elektabilitas dengan fokus kampanye di kalangan umat muslim, khususnya pemilih dari pesantren.
"Ma'ruf fokus saja di pemilih pesantren. Kan dia seorang ulama, jadi bisa dengan meningkatkan sumber daya manusia di sekolah-sekolah agama," ungkapnya kemudian.
Selain itu, lanjutnya, Ma'ruf pun bisa mengeksplorasi lagi ekonomi syariah yang ia canangkan. Mengingat saat ini perkembangan bank syariah di Indonesia tidak terlalu baik.
Sementara itu, untuk Sandiaga, seperti diungkapkan Arya, bisa fokus kampanye di segmentasi pemilih milenial, masyarakat kalangan menengah ke atas, dan perempuan.
Arya menyatakan, Sandiaga bisa memberikan gerakan baru untuk isu ekonomi dan lapangan pekerjaan ke masyarakat. Adanya terobosan atau inovasi dinilai mampu menaikkan elektabilitasnya.
"Saya kira Sandiaga harus punya trobosan baru ya, bukan jargon saja, diperlukan adanya komunikasi publik yang baik. Pertemuan tatap muka juga perlu ditambah dengan gerakan baru," paparnya.
Peran cawapres yang masih bisa diperkuat ini tergambar dari hasil survei Litbang Kompas dari akhir Februari hingga awal Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden di 34 provinsi dengan margin of error +/- 2,2 persen.
Sebanyak 71,9 persen responden menyatakan memilih karena sosok calon presiden (capres). Adapun alasan memilih karena sosok cawapres masih relatif rendah, yakni 9,5 persen.
Jika dilihat secara rinci soal seberapa kuat pengaruh sosok cawapres ini, Litbang Kompas memotret dalam kelompok pemilih Prabowo-Sandi, sebanyak 16,7 persen responden memilih karena faktor Sandi.
Sementara di kelompok pemilih Jokowi-Ma'ruf, pilihan yang didasarkan oleh faktor Ma'ruf hanya sebesar 5,4 persen.
Survei juga menunjukkan Sandiaga disukai karena latar belakang pendidikan dan usia. Sementara Ma'ruf disukai karena latar belakang keagamaan.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/22/12015811/pengamat-cawapres-bisa-berbagi-peran-untuk-tingkatkan-elektabilitas