Menurut Luthfi, FBR hanya mempertanyakan kepedulian dua cawagub itu terhadap kebudayaan Betawi.
"Ketika tiba-tiba ada muncul penggantian cawagub, kami tidak tahu siapa kan. Makanya kami peduli, kami harus tahu seberapa kepedulian mereka terhadap Betawi," ujar Luthfi di Jalan Situbondo, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2019).
Luthfi mengatakan, FBR ikut menerjunkan 4.820 anggota untuk menjadi saksi dalam Pilkada DKI 2017 lalu.
Oleh karena itu, pihaknya merasa berhak mengetahui kapabilitas mengganti Sandiaga Uno yang mereka perjuangkan dulu.
"Kami tahu bahwa proses itu wewenang DPRD, tapi kami sebagai masyarkat punya partisipasi mengawasi agar tidak terkesan beli kucing dalam karung," kata dia.
Luthfi mengatakan, pemahaman atas budaya Betawi penting dimiliki seorang wakil gubernur. Sebab, selama ini dia merasa implementasi Perda tentang Pelestarian Betawi masih separuh-separuh.
Luthfi menilai, wagub yang baru harus bisa mengimplementasikan perda itu secara maksimal.
"Maka wajar, kita perlu ukur seberapa kepeduliannya terhadap masyarkat Betawi," kata dia.
Sebelumnya, sebuah spanduk penolakan wakil gubernur DKI Jakarta muncul di pagar DPRD DKI Jakarta.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, spanduk hijau bertuliskan, "KITE MENOLAK WAGUB DKI JAKARTA DARI PKS" dan tertanda dari Forum Betawi Rempug (FBR).
Adapun, DPW PKS DKI Jakarta dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra DKI telah menandatangani surat penetapan calon wakil gubernur DKI.
Kedua partai sepakat mencalonkan Agung Yulianto dan Ahmad Syaikhu sebagai wagub DKI Jakarta.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/08/17323671/ketua-fbr-ingin-tahu-kepedulian-2-cawagub-dki-dari-pks-terhadap-betawi