Salin Artikel

Cool Village: Captainship! Dari Fukuoka ke Surabaya

Hari itu, 8 November 2016, sebuah perempatan strategis yang dikelilingi gedung-gedung tinggi ambles sedalam 15 meter dengan lubang menganga seluas 30 x 27 meter. Itu lubang yang sangat besar!

Tak jauh dari situ memang sedang ada proyek konstruksi bawah tanah. Fondasi beberapa gedung tinggi terlihat jelas. Tanah di sekitarnya terkelupas, tergerus. Gedung-gedung tinggi itu bisa runtuh satu per satu. Situasi tampak seperti mencekam dan kritis.

Tanah ambles yang dikenal sebagai sinkhole itu merusak jaringan pipa air minum, gas, listrik, pembuangan limbah rumah tangga, jaringan telepon dan tentu saja mengganggu aktivitas bisnis di pusat finansial Fukuoka.

Adalah Soichiro Takashima, Wali Kota Fukuoka, yang juga mantan pegawai sebuah stasiun televisi, yang menjadi pahlawan dalam proses recovery distrik bisnis Fukuoka. Dalam sebuah kemunculan publik melalui media massa, ia meminta maaf atas kejadian tersebut dan berjanji membereskannya sesegera mungkin.

Ia mengumpulkan jajarannya, membuat sebuah rencana kerja yang sangat singkat namun padat, dan hari itu juga semua elemen di pemerintahan Kota Fukuoka bergerak dengan satu misi: perempatan ambles harus kembali seperti sedia kala secepatnya!

Dalam waktu 48 jam, lebih dari 6.000 kubik pasir dan semen menutup lobang raksasa itu, pipa-pipa yang rusak dibereskan.

Setelah melalui audit keselamatan serta kekuatan struktur, akhirnya seminggu kemudian perempatan itu sudah dilalui ribuan kendaraan lagi seolah tak pernah terjadi apa-apa di situ.

Memang dalam perjalanannya bekas penutupan sinkhole itu masih turun seperti diprediksi para ahli konstruksi, tetapi itu normal karena pemadatan butuh waktu. Penyempurnaan kerja dilakukan secara terus-menerus.
 
Saat semuanya sudah kembali normal, sebuah tim investigasi diterjunkan untuk meneliti sebab musabab sinkhole itu terjadi, dan siapa yang bertanggung jawab.

Hampir semua stasiun berita global memberitakan kecepatan recovery di Fukuoka tersebut, dan kecakapan wali kotanya memimpin tim untuk misi khusus "menambal" sinkhole yang tampaknya akan berjalan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Untuk sejenak, saya nyaris melupakan berita itu. Lalu, terjadilah tanah ambles di Jalan Gubeng, Surabaya. Lebih besar. Lebih heboh.

Tak perlu seorang Soichiro Takashima untuk memperbaiki Jalan Gubeng itu dengan cepat. Risma!

Tak adil rasanya membandingkan kejadian sinkhole di Fukuoka dengan yang terjadi di Surabaya karena protokoler penanganan bencana di Jepang memiliki sejarah panjang, jauh lebih baik, lebih terorganisasi, disokong teknologi dan pertalatan modern nan lengkap, dan tentu saja dana siaga yang jauh lebih besar.


Tapi lihatlah, bukankah seorang Tri Rismaharini (Risma) dan jajarannya di Pemerintah Kota Surabaya sudah melakukannya dengan lebih heroik?

Dengan banyaknya keterbatasan, Risma telah menaikkan level tanggung jawabnya dari sekadar seorang leader dalam arti generik menjadi seorang kapten dengan misi khusus!

Dengan pertimbangan yang sangat bijak, Risma dan jajarannya--persis seperti yang dilakukan Wali Kota Soichiro Takashima di Fukuoka--langsung mencari dan mengimplementasikan solusinya. Ini adalah kecakapan langka dalam membedakan mana urgency dan mana importance.

Tanpa melihat siapa dulu yang patut disalahkan, dengan penuh tanggung jawab Risma berani memutuskan "biaya akan ditalangi Pemkot Surabaya dahulu" saat hal-hal seperti itu berisiko bersinggungan dengan prinsip-prinsip good governance.

Syukurlah masalah talangan itu terselesaikan dengan komitmen pihak yang bertanggung jawab atas amblesnya Jalan Gubeng.

Barangkali bagi seorang Risma, risiko lebih besar akan dihadapi warga Surabaya di sekitar Jalan Gubeng itu bila lubang sebesar gedung tak segera ditutup.

Proses investigasi dimulai setelah proses recovery fisik Jalan Gubeng selesai. Inilah yang menjadikan Risma seorang kapten, tak hanya seorang leader biasa.

Risma, seperti halnya Soichiro Takashima, memenuhi kualifikasi untuk disebut kapten-kapten yang sangat siap untuk menghadapi permasalahan apa pun, bahkan--meminjam istilah bisnis--mereka siap menghadapi dan mengatasi disrupsi apapun melalui tampuk kepemimpinan kota.
 
Risma dan Takashima tak sendirian menyandang pujian itu. Perdana Menteri Jepang Sinzo Abe adalah contoh kapten dalam level lebih tinggi. Ini masih ada kaitannya dengan Kota Fukuoka yang dipimpin Soichiro Takashima.
 
Pada tahun 2014, dua tahun sebelum kejadian sinkhole di Fukuoka, Shinzo Abe mengumumkan pendirian zona ekonomi khusus di seluruh wilayah Jepang.

Fukuoka ditugaskan untuk menarik investor di bidang startups dan disiapkan menjadi technology-hub Asia. Tugas tak mudah bagi Wali Kota Fukuoka Soichiro Takashima.

Dibandingkan Tokyo, Osaka, atau Kyoto, yang seperti manisnya madu mengundang puluhan juta "lebah" wisatawan dan pebisnis, Fukuoka hanyalah kota biasa berpenduduk satu setengah juta jiwa.

Kekuatannya ada di industri wisata dan pendidikan, terutama terkait dengan teknologi informasi. Mungkin sedikit mirip dengan Yogyakarta atau Bandung. Tugas membangun technology-hub jelas butuh perjuangan tersendiri.
 
Soichiro berhasil menerjemahkan kebijakan "Anak Panah Ketiga" atau Third Arrow, dalam program Abenomics yang menekankan pada deregulasi, yang juga melapangkan jalan bagi perusahaan-perusahaan ventura di Fukuoka merekrut talenta-talenta digital dari seluruh dunia seperti Silicon Valley.

Ada nyali untuk mengambil keputusan sulit di saat-saat kritis, dan ada keberanian untuk tetap rendah hati serta menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat yang menggaji mereka dengan uang pungutan pajak.
 
Hari ini Kota Fukuoka benar-benar telah mewujudkan misinya menjadi salah satu tech-hub Asia yang diperhitungkan di samping Bangalore, Hyderabad, Senzhen, Hanzou. Surabaya? Oh, tak kalah hebat!
 
Surabaya telah mendapatkan penghargaan internasional Global Green City dari PBB, penghargaan Learning City dari Unesco, ASEAN Tourism Award 2018 dan tak kalah prestisiusnya, Lew Kwan Yew World City Prize 2018 Special Mention.

Penghargaan yang sangat lengkap: soal lingkungan, pendidikan, pariwisata, dan kota yang menjadi kota global populer!
 
Hanya seorang kapten yang bisa melakukannya. Dan, bangsa kita perlu lebih banyak lagi kapten-kapten seperti ini.

Tak perlu menunggu tahun 2050 bagi Indonesia untuk disegani sebagai salah satu ekonomi raksasa. Dengan kemunculan lebih banyak kapten seperti Risma, bagaimana kalau kita mewujudkannya di tahun ini?
 
Cool Village memang berkisah tentang orang-orang hebat di sebuah desa kecil yang keren bernama Indonesia.

Tak ada hal lain yang dipertukarkan warga masyarakat desa keren itu selain optimisme, rasa saling terhubung, dan anak-anak mudanya yang tak takut menghadapi masa depan.
 
Dan, benarlah apa kata Dalai Lama XIV, "Choose to be optimistic. It feels better." Oh, yes!

https://nasional.kompas.com/read/2019/01/29/19170161/cool-village-captainship-dari-fukuoka-ke-surabaya

Terkini Lainnya

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke