Menurut pengamat politik dari Exposit Strategic Politica, Arif Susanto, TKN Jokowi-Ma'ruf terlalu reaktif dengan isu-isu yang dilempar kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Kelemahan tim Jokowi-Ma'ruf adalah sikapnya yang reaksioner," ujar Arif dalam sebuah diskusi di Jalan Pakubuwono, Jakarta, Kamis (27/12/2018).
Arif mengatakan, kekalahan Hillary Clinton terhadap Donald Trump dalam pemilu di Amerika Serikat sebenarnya bisa menjadi pelajaran bagi TKN Jokowi-Ma'ruf. Ketika itu, tidak ada yang meragukan kredibilitas Hillary sebagai calon presiden.
Hal ini berbanding terbalik dengan Donald Trump yang dinilai baru dalam dunia politik.
Arif mengatakan, Trump bukan politikus kawakan. Trump juga tidak pernah memiliki jabatan di pemerintahan.
Bahkan, kata Arif, media di AS menyebut Trump bukan siapa-siapa. Akan tetapi, hasil akhirnya, Trump memenangkan pemilu dan mengalahkan Hillary yang lebih berpengalaman.
"Karena apa? Donald Trump berhasil membuat Hillary menari di genderangnya," ujar Arif.
Ia menilai, kondisi yang hampir sama terjadi pada Pilpres 2019 di Indonesia. Arif mengatakan kubu Prabowo-Sandiaga begitu gencar menyerang pemerintahan Jokowi dengan berbagai isu. Tim Jokowi-Ma'ruf menanggapi dengan sama masifnya.
Menurut Arif, tidak masalah jika TKN Jokowi-Ma'ruf melakukan perlawanan terhadap serangan-serangan lawan.
"Counter attack memang harus dilakukan. Tetapi tidak membuat tim kampanye kehilangan fokus. Tim harus tetap fokus," ujar Arif.
Arif mengingatkan, ada hal lain yang lebih penting untuk dikerjakan yaitu menarik dukungan para swing voters.
Generasi muda, pelajar, pemilih baru, dan masyarakat menengah ke atas merupakan segmen swing voters yang harus diperlakukan serius untuk kemenangan pada Pilpres 2019.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/27/17250881/timses-jokowi-maruf-dinilai-terlalu-reaktif-respons-serangan-tim-prabowo
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.