Sutopo menjelaskan, shelter tersebut akan menjadi tempat evakuasi bagi masyarakat ketika bencana tsunami terjadi.
"Shelter itu berfungsi untuk masyarakat langsung evakuasi karena prinsip evakuasi tsunami bukan lari sejauh-jauhnya tapi lari setinggi-tingginya," ujar Sutopo saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (26/12/2018).
Ia pun berkaca dari peristiwa tsunami yang melanda Banten dan Lampung, pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Jumlah shelter di Banten, kata Sutopo, hanya sebanyak dua unit, yang terletak di Kecamatan Wanasalam dan Kecamatan Labuan.
Padahal menurutnya, Indonesia membutuhkan 2.200 unit tempat evakuasi sementara (TES). Idealnya, kata dia, setiap dua kilometer di pantai rawan tsunami, terdapat satu shelter. Pada kenyataannya, hanya terdapat 50 unit shelter di Tanah Air.
Sutopo kemudian mencontohkan beberapa shelter di Indonesia. Salah satunya yang berada di Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Shelter di Padang tersebut berbentuk bangunan lima lantai, dengan ketinggian 22 meter, dan luas 2.500 meter persegi. Tempat yang dilengkapi fasilitas MCK dan dapur umum tersebut dapat menampung 4.500 orang.
"Jadi di daerah pantai yang padat penduduk perlu di tengahnya satu shelter yang bisa melayani masyarakat untuk radius 500 meter sampai 1 kilometer. Mereka akan lari untuk evakuasi ke sini," terangnya.
Variasi lainnya adalah dengan memanfaatkan alam sekitar. Ia menuturkan, bukit di dekat pantai dapat digunakan sebagai area shelter, yang diperlukan adalah membangun aksesnya.
Shelter tsunami seperti itu terdapat di Pulau Panjang, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Berikutnya adalah dengan memanfaatkan hotel sebagai tempat evakuasi seperti di Sanur, Bali. Menurutnya, Banten perlu meniru hal tersebut.
"Di Bali sudah banyak dikembangkan hotel-hotel yang bisa digunakan untuk shelter evakuasi saat ancaman tsunami, di Padang juga sama. Banten juga harusnya sama," ungkap dia.
Sutopo berpandangan, pembangunan shelter tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah, para investor juga dapat berkontribusi untuk membangunnya bagi para wisatawan.
Sebelumnya, tsunami melanda pantai di sekitar Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) malam. Tsunami tersebut dipicu oleh longsoran bawah laut dan erupsi Gunung Anak Krakatau.
Data sementara BNPB hingga Rabu (26/12/2018) pukul 13.00 WIB, sebanyak 430 orang meninggal dunia karena kejadian ini. Sementara kerugian ekonomi masih dalam pendataan.
Selain korban meninggal, tercatat 1.495 orang luka-luka, 159 orang hilang. BNPB juga mencatat, ada 21.991 orang yang mengungsi di sejumlah daerah.
Jumlah ini masih sangat mungkin bertambah seiring dengan proses evakuasi yang masih terus dilakukan.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/26/20580111/pasca-tsunami-selat-sunda-bnpb-tekankan-pentingnya-shelter